Akun Medsos Presiden & Perdana Menteri Singapura Diserbu Pendukung UAS
Akun media sosial Presiden Singapura Halimah Yacob dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong diserbu warganet yang mendukung Ustaz Abdul Somad (UAS). Hal ini terkait UAS yang dilarang masuk ke negeri jiran itu.
Pada unggahan Presiden Halimah di Instagram @halimahyacob sore hari ini (19/5), masih ada warganet yang berkomentar mengenai UAS. Padahal, postingan ini membahas tentang pembukaan pameran Mr Goh Beng Kwan.
“Singapura adalah negeri melayu Muslim,” kata @adriyan_s***h dalam kolom komentar, Kamis (19/5). “Seharusnya, jangan membiarkan petugas dan penguasa pemerintahan tidak ramah kepada umat Muslim.”
Ada juga yang berkomentar menggunakan tagar #saveustadabdulsomad.
The Straits Times melaporkan, tagar #SaveUAS dan #SaveUstadzAbdulSomad ramai diunggah di postingan Instagram oleh Presiden Halimah.
Warganet pendukung UAS itu juga menyerbu akun media sosial lainnya yakni:
- Akun Twitter dan Instagram PM Lee
- Akun Instagram Menteri Senior Teo Chee Hean
- Akun Instagram Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan
- Halaman Twitter Pemerintah Singapura
- Halaman Twitter Kementerian Hukum
- Halaman Twitter Kementerian Luar Negeri
- Halaman Twitter Badan Pariwisata Singapura
- Halaman Instagram Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan
Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Ministry of Communications and Information (MCI) Singapura mengonfirmasi bahwa akun media sosial sejumlah pejabat politik dan lembaga pemerintah diserbu oleh warganet.
Juru bicara MCI mencatat, ada juga ancaman serangan siber terhadap akun media sosial Pemerintah Singapura di grup obrolan publik Indonesia.
Kementerian mengatakan, dua perusahaan manajemen Singapura sempat mengalami gangguan. Tim Tanggap Darurat Komputer Singapura (SingCert) akan menghubungi perusahaan untuk memberikan bantuan.
“Semua organisasi disarankan mengambil langkah aktif untuk memperkuat postur keamanan siber mereka, meningkatkan kewaspadaan, dan memperkuat pertahanan online untuk melindungi dari kemungkinan serangan siber, seperti gangguan situs web dan DDoS,” kata MCI dikutip dari Strait Times, Rabu sore (18/5).
Kementerian mendesak organisasi Singapura yang terkena dampak serangan siber atau memiliki bukti bahwa jaringan mereka telah disusupi malware, untuk melapor ke SingCert.
Berdasarkan data YouGov pada Oktober 2020, Ustaz Abdul Somad menjadi salah satu laki-laki yang paling dikagumi di Indonesia. Rinciannya sebagai berikut:
Namun, ada juga warganet Indonesia yang mendukung kebijakan Singapura. “Saya orang Indonesia. Saya mendukung Singapura. Tidak ada tempat untuk radikalisme. Damai untuk semua,” kata @mare****mon, Kamis (19/5).
Kronologi UAS Ditolak Masuk ke Singapura
Pemerintah Singapura menolak Ustaz Abdul Somad (UAS) memasuki negaranya melalui gerbang imigrasi Tanah Merah pada Senin (16/5). Ministry of Home Affairs (MHA) atau Kementerian Dalam Negeri Singapura memberikan beberapa alasan negaranya melarang UAS beraktivitas di wilayahnya.
“Aktivitas pengunjung untuk memasuki Singapura bukan secara otomatis atau hak. Setiap kasus dinilai berdasarkan manfaatnya masing-masing,” kata bunyi keterangan resmi MHA Singapura pada Selasa (17/5).
MHA menjelaskan, UAS tidak diizinkan masuk ke Singapura karena dinilai berbahaya, serta mendukung ajaran kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi.
Hal itu tidak sesuai dengan Singapura yang memiliki penduduk dengan beragam ras dan agama. "Tidak dapat diterima dalam masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura,” katanya.
MHA juga memberikan contoh beragam aktivitas UAS yang memberikan ceramah untuk memperbolehkan aksi bom bunuh diri dalam konteks konflik di Timur Tengah, yaitu antara Israel dan Palestina. MHA menganggapnya sebagai operasi martir.
Tak hanya itu, MHA menganggap UAS merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti umat Kristiani. UAS juga disebut memberikan gambaran bahwa salib merupakan tempat tinggal jin.
“Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir,” tulis keterangan tersebut.
Sedangkan pihak UAS mengaku bahwa ustaz melakukan perjalanan ke Singapura dalam rangka kunjungan sosial. Namun, Pemerintah Singapura tak ingin mengambil risiko terkait penyebaran ajaran yang dianggapnya ekstrem.
Oleh sebab itu, Pemerintah Singapura melalui MHA mengaku harus mengambil tindakan serius bagi UAS dan rombongan perjalanannya. Hal ini karena dianggap berpotensi menyebarkan ajaran kekerasan dan/ atau mendukung ajaran ekstremis.