Google Search dinilai berpotensi besar digantikan oleh TikTok dan ChatGPT, menurut laporan Morning Consult. Persentase Gen Z yang mencari informasi di TikTok lebih besar ketimbang generasi lainnya.
“Persentase Gen Z yang mencari berita utama di Google Search lebih rendah ketimbang generasi lainnya. Sebagian besar dari mereka memilih TikTok,” demikian dikutip dari laporan Morning Consult, pekan lalu (21/2).
Rinciannya sebagai berikut:
Itu berdasarkan survei terhadap 2.199 orang dewasa di Amerika Serikat (AS) selama 3 – 5 Februari. Margin of error +/- 2%.
“Namun perlu dicatat bahwa pluralitas orang dewasa Gen Z (39%) masih menunjukkan bahwa Google Search menjadi sarana mengumpulkan informasi berita besar. Hanya saja kelompok muda ini juga menunjukkan preferensi berbeda untuk mencari berita di TikTok,” demikian isi laporan.
Data tersebut juga menunjukkan, gen Z mencari informasi dari media sosial lainnya seperti YouTube dan Instagram.
Perusahaan media seperti The New York Times dan The Wall Street Journal pun membuat akun TikTok dalam enam bulan terakhir. Begitu juga dengan Financial Times dan Axios.
Morning Consult mencatat, perusahaan media raksasa tampaknya memiliki posisi yang baik untuk menegosiasikan insentif dari pendistribusian berita di TikTok. Sedangkan pemerintah di beberapa negara, seperti Australia dan Indonesia tengah memaksa Google hingga Facebook membayar penerbit atas pendistribusian berita.
Cari Berita di ChatGPT
ChatGPT dan Google Bard menawarkan pandangan tentang bagaimana mesin pencarian atau browser dapat memperoleh kembali waktu yang dihabiskan pengguna di media sosial seperti TikTok.
Microsoft mengintegrasikan layanan peramban Edge dan mesin pencarian Bing dengan ChatGPT. Google juga dikabarkan bakal menghubungkan Bard dengan Google Chrome.
“Bing dan Google mengintegrasikan AI generatif ke antarmuka. Pengguna yang lebih muda mungkin semakin menyukai peramban untuk mencari informasi,” demikian dikutip.
“Tetapi bisa juga, mereka akan lebih jarang mengeklik situs web media setelah membaca ringkasan informasi di ChatGPT atau Bard,” kata para peneliti di Morning Consult.
Rinciannya sebagai berikut:
“Rujukan mesin telusur (search engine) pada akhirnya akan menjadi semakin langka. Penerbit tidak boleh terlalu konservatif dalam membatasi liputan mereka yang paling menarik ke situs web,” demikian dikutip.
“Ini berarti menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk menggunakan kembali sebagian konten paywalled atau berbayar menjadi konten di media sosial, baik itu dalam bentuk video vertikal di TikTok atau bahkan podcast video di YouTube,” demikian isi laporan.
Beberapa merek berita pun merespons soal plagiarisme dan ketidakakuratan informasi yang diberikan oleh chatbot berbasis AI seperti ChatGPT dan Google Bard.