Pemerintah perlu bergerak menuju prinsip pembangunan berkelanjutan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri berpendapat perekonomian tidak dapat tumbuh apabila faktor lingkungan terabaikan.
Pendanaan global saat ini pun sudah mengarah ke arah investasi hijau. "Sumber dana sudah mengarah ke green. Investor mulai menghindari pembiayaan proyek atau sektor yang mengganggu lingkungan hidup," ujarnya dalam diskusi virtual Outlook Ekonomi: Peluang RI Keluar Resesi yang ditayangkan Katadata.co.id, Rabu (21/10).
Kondisi harga minyak mentah dunia yang relatif rendah sekarang dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk berbenah. Alokasi subsidi bahan bakar minyak mentah atau BBM dapat dialihkan untuk sektor kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
Subsidi itu juga dapat dialokasikan untuk pengembangan listrik dan insentif pajak pengembangan energi terbarukan. “Menurut saya, fossil fuel (BBM) enggak bisa lagi disubsidi,” kata Chatib. Apabila pemerintah terus-menerus melakukannnya, masyarakat akan tetap mengonsumsi BBM.
Pemerintah sebelumnya telah menargetkan energi baru terbarukan atau EBT akan mencapai 23% pada 2025 dan naik menjadi 31% pada 2050. Harapannya, konsumsi energi fosil, terutama minyak bumi, turun sekitar 20%.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut produksi minyak domestik akan habis dalam sembilan tahun, dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru. Untuk gas bumi dan batu bara, perkiraannya masing-masing dalam waktu 22 tahun dan 65 tahun. “Transisi energi mutlak dilakukan. Kita masih memiliki banyak sumber energi yang belum termanfaatkan,” katanya kemarin.
Saat ini produksi minyak nasional hanya berkisar di angka 700 ribu barel per hari. Padahal, kebutuhan domestiknya mencapai 1,5 juta barel per hari. Cadangan minyak pun terus menurun lantaran tidak adanya temuan lapangan baru. Angkanya di 3,77 miliar barel. Untuk gas masih sekitar 77,3 triliun kaki kubik (TCF) dan batu bara 37,6 miliar ton.
Pemulihan Ekonomi RI Seperti Logo Nike
Chatib menyebut perekonomian Indonesia telah menyentuh titik terendah akibat pandemi corona pada kuartal kedua 2020. Pemulihannya bakal menyerupai bentuk centang, seperti logo merek sepatu Nike. “Tidak mungkin membentuk kurva seperti huruf V,” ucapnya.
Proyeksi pemulihan ekonomi itu dengan asumsi tidak terjadi lonjakan lagi kasus Covid-10. Apabila terjadi sebaliknya, maka kurvanya akan berbentuk W. "Saat ini indikatornya sudah terjadi pembalikan," katanya.
Ia memperkirakan ekonomi pada kuartal pertama tahun depan sudah kembali positif jika tidak terjadi gelombang dua lonjakan kasus Covid-19. Bahkan kalau sedikit agak baik, pada kuartal keempat tahun ini pertumbuhannya sudah dapat positif.
Namun, perekonomian belum akan sepenuhnya pulih pada tahun depan. Chatib memperkirakan roda ekonomi hanya mampu berputar paling optimal 80% dari kapasitasnya pada 2021 dan baru kembali normal pada 2022.
Pasalnya, ia pesimistis program vaksinasi rampung pada tahun depan. "Selama vaksin belum selesai didistribusikan, maka protokol kesehatan perlu diterapkan. Dengan protokol kesehatan, ekonomi tidak mungkin 100% karena ada isu jaga jarak," katanya.