Pemimpin Dunia Diminta Tiru Presiden Brasil dalam Tangani Deforestasi

ANTARA FOTO/REUTERS/Nacho Doce
Foto udara menunjukkan sebidang hutan Amazon yang baru-baru ini dibuka oleh para penebang dan petani, sebelum dibakar dekat Altamira, wilayah bagian Para, Brazil, Rabu (28/8/2019).
Penulis: Nadya Zahira
10/8/2023, 20.14 WIB

Presiden COP28 Dr. Sultan Al Jaber menyoroti pentingnya peran Brasil, yang menjadi rumah dari hutan hujan Amazon, dalam upaya mencegah kenaikan suhu dunia lebih dari 1,5°Celsius yang menjadi amanat Perjanjian Paris.

Seiring dengan perbincangan yang terjadi pada KTT Organisasi Perjanjian Kerjasama Amazon (ACTO) di Belém, Brasil, Al Jaber dan Presiden Brasil Lula da Silva berkomitmen bersama dalam menciptakan masa depan iklim yang lebih merata dengan menyorot fokus pada alam dalam agenda iklim di COP28.

Untuk itu, Al Jaber meminta kepada pemimpin dunia untuk bisa meniru Presiden Brasil Lula da Silva dalam menangani deforestasi di Hutan Amazon. Menurut dia, da Silva berhasil memberikan energi, fokus, dan semangat yang diperlukan oleh masyarakat di tengah urgensi saat ini.

“Bersama Presiden da Silva, saya mengajak para pemimpin lainnya untuk mari bersama-sama membawa energi dan ambisi besar pada COP28, dan secara spesifik, untuk bersatu mengambil sebuah tindakan tegas dan meraih hasil yang maksimal dalam pendanaan iklim dan transisi energi global.” ujar Al Jaber, Kamis (10/8).

Al Jaber mengatakan, pada paruh pertama 2023 sendiri, Presiden Lula da Silva mampu menurunkan tingkat deforestasi hutan Amazon Brasil hingga 34%, "Dan inilah bentuk kepemimpinan yang mampu memberikan dampak nyata di kehidupan kita," kata dia.

Di sisi lain, keduanya juga telah menunjukkan keinginan untuk menghadirkan kemajuan iklim yang inklusif, tangguh, dan bertahan lama. Hal itu, seiring dengan pengumuman yang baru dilakukan Al Jaber terkait rencana agenda COP28.

Rencana tersebut yaitu mempercepat transisi energi secara teratur dan merata, membenahi pendanaan iklim, berfokus pada masyarakat dan kehidupan serta memastikan seluruhnya berlangsung secara inklusif.

Al Jaber dan da Silva juga menekankan kembali pentingnya melindungi hutan hujan Amazon agar peningkatan suhu yang terbatasi pada 1.5°C tetap dalam batas aman.

Selain itu, keduanya juga telah bersepakat terkait beberapa isu yang perlu diatasi, termasuk menghentikan deforestasi dan pengurangan lahan, meningkatkan bioekonomi dan memperkuat aksi adaptasi.

Hal-hal genting lainnya seperti menyebarluaskan praktik pertanian yang rendah karbon, memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral di berbagai bidang seperti pangan, kesehatan, sains, teknologi, dan inovasi juga dibahas dalam perbincangan ini.

Namun demikian, reformasi pendanaan iklim internasional dan memperkuat penerapan energi bersih dirasa masih perlu menjadi fokus bersama untuk dikejar mulai dari COP28 hingga COP30 nanti.

Untuk diketahui, ACTO menyatukan Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, Suriname, dan Venezuela dalam sebuah ambisi bersama untuk mempromosikan pelestarian lembah Amazon dan mengatur pembangunan di Amazon.

Selain itu, Al Jaber mengatakan perlu memperluas pendanaan iklim yang dapat tersedia, mudah diakses, serta terjangkau untuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling rentan terhadap perubahan iklim serta memastikan pendanaan iklim tetap memadai untuk memenuhi kebutuhan alam.

"Kepresidenan ini akan terus menekan negara-negara donor untuk memenuhi janjinya dalam menyumbangkan 100 miliar dana yang telah jatuh tempo. Kita juga perlu berusaha dan memastikan bahwa porsi yang telah ditentukan dari dana itu tersalurkan untuk perlindungan alam dan hutan.” kata dia.

Reporter: Nadya Zahira