PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN akan mengembangkan green hydorgen plant (GHP) atau pabrik hidrogen hijau di 15 pembangkit listrik. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN akan terus melakukan inovasi untuk meningkatkan skala produksi hidrogen hijau.

“Hidrogen hijau ini adalah salah satu jawaban untuk menghadapi transisi energi. Kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan teknologi ini, agar dapat mendorong hidrogen hijau ini berkembang di Indonesia,” kata Darmawan melalui keterangan tertulis, Rabu (11/10).

Sebelumnya, PLN telah meresmikan GHP pertama di Indonesia yang berlokasi di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Pluit, Jakarta, Senin (9/10). Menurut Darmawan, total GHP di 16 lokasi pembangkit listrik diperkirakan memiliki potensi kapasitas hidrogen mencapai 222 ton per tahun.

“Sama seperti kendaraan listrik, di mana kami menjadi pionir dalam pembentukan ekosistem. Dengan ini kami yakin, PLN akan menjadi pemain kunci dalam penyediaan hidrogen hijau untuk berbagai kebutuhan, khususnya untuk kendaraan berbahan bakar hidrogen,” tutup Darmawan.

GHP pertama dikelola oleh subholding PLN Nusantara Power (PLN NP) yang mampu memproduksi 51 ton hidrogen hijau. Darmawan mengatakan, GHP ini merupakan hasil inovasi yang terus dilakukan PLN dalam menjawab tantangan transisi energi.

"Kami memaksimalkan existing facility yang ada di PLTGU Muara Karang, kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100% EBT menjadi green hydrogen," tegas Darmawan.

Manfaat Hidrogen Hijau

Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah mengatakan hydrogen plant di PLTGU Muara Karang memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan mesin pembangkit listrik. Dari empat electrolyzer yang terpasang pada hydrogen plant, unit pembangkit (UP) Muara Karang bisa menghasilkan 51 ton per tahun.

Dari total produksi hidrogen tersebut, pihaknya hanya memanfaatkan 8 ton per tahun untuk pendingin generator pembangkit.

“Kami melihat peluang di dalam operasional peralatan hydrogen plant dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan green hydrogen sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis kami,” ucap Ruly.

Melihat potensi yang ada, pihaknya melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang sudah terpasang di Kawasan PLTGU Muara Karang ditambah dengan Renewable Energy Certificate (REC) dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang. Dengan cara tersebut, maka pihaknya dapat memproduksi 100 persen hidrogen hijau.

“Kini selain untuk pendingin mesin pembangkit, hidrogen hijau juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit, hingga untuk Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV),” ucap Ruly.

Tidak hanya untuk hidrogen, saat Covid-19 lalu, PLN NP juga melakukan inovasi dengan menghasilkan oksigen untuk memenuhi kebutuhan medis yang tinggi. Saat itu, PLTGU Muara Karang mampu menghasilkan sekitar 1 ton per hari.