Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyampaikan, sampah makanan (food waste) diproyeksikan akan meningkat hingga 31% pada 2030. Jika dibiarkan, hal itu bisa menghambat pencapaian target net zero emission pada 2060.
“Rendahnya kesadaran masyarakat terkait isu sampah makanan ini juga menjadi salah satu kendala utama dalam menghadapi pemborosan makanan dan air,” ujar Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, Nyota Suwignyo, dalam acara ‘Bank DBS dan Bapanas Suarakan Bijak Kelola Sampah Makanan’, di Jakarta, Rabu (18/10).
Berdasarkan data dari United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020, Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat sampah makanan tertinggi di dunia yakni sebesar 20,94 juta metrik ton.
Nyota mengatakan, sampah makanan di Indonesia bisa semakin parah karena kesadaran masyarakat akan potensi bahayanya masih rendah. Padahal, sisa sampah makanan dapat memberikan kontribusi signifikan pada emisi gas metana yang berpotensi merusak lingkungan. Jika hal tersebut dibiarkan, target net zero emission pada 2060 akan sulit tercapai.
Dia mengatakan, salah satu strategi yang bisa dilakukan agar permasalahan tersebut berkurang yakni dengan mengajak beberapa korporasi untuk bekerja sama dalam memerangi sampah makanan di Indonesia. Pasalnya, permasalahan ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.
Oleh sebab itu, Bapanas bersama Bank DBS Indonesia meluncurkan kampanye "Live more, Waste Water & Food less". Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengurangan pemborosan makanan dan upaya konservasi air.
Dalam kampanye tersebut, mereka juga mengajak korporasi lainnya seperti perusahaan rintisan eFishery, dan Foodbank Indonesia, serta komunitas online yang bergerak dalam gaya hidup minimalist yakni, Lyfe with Less.
Dalam kampanye tersebut, para fouder dari korporasi dan komunitas itu akan membagikan pandangan mereka seputar isu lingkungan dan keberlanjutan, terutama mengenai sampah makanan.
“Kami percaya bahwa kita semua, baik pemerintah, swasta, hingga masyarakat memiliki peran dalam mengatasi permasalahan sampah makanan demi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan,” ujar VP External Communications PT Bank DBS Indonesia Rifka Suryandari.
Tingkatkan Kesadaran Masyarakat
Rifka mengatakan, kampanye ‘Live more, Waste Water & Food less’ diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu sampah makanan dan konservasi air. Selain itu, dia juga berharap jumlah sampah makanan di Indonesia akan berkurang.
“Besar harapan kami agar kampanye ini menjadi penggerak agar semakin banyak perusahaan yang bergerak ke arah yang lebih hijau serta memberikan motivasi bagi masyarakat untuk semakin bijak dalam mengkonsumsi makanan dan air demi lingkungan yang lebih lestari.” ujarnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbunan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton. Angka tersebut menurun 37,52% dari 2021 yang sebanyak 31,13 juta ton.
Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Kemudian sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55%.
Kemudian, sebanyak 13,27% sampah di Indonesia pada 2022 berupa kayu/ranting, 11,04% sampah kertas/karton, dan sampah logam 2,86%. Ada pula 2,54% sampah kain, sampah kaca 1,96%, sampah karet/kulit 1,68%, dan 6,55% sampah jenis lainnya.
Berdasarkan provinsinya, timbulan sampah terbanyak pada 2022 berasal dari Jawa Tengah, yakni 4,25 juta ton atau 21,85% dari total timbulan sampah nasional.