Satu persen orang terkaya di dunia menghasilkan lebih banyak emisi karbon (CO2) dibandingkan 66% orang termiskin. Emisi karbon tersebut berkontribusi pada pemanasan global yang berpotensi menyebabkan kematian.

Temuan itu berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Oxfam, Stockholm Environment Institute, Guardian dan para ahli lainnya selama enam bulan terakhir. Mereka membuat investigasi khusu bertajuk "The Great Carbon Divide"

Studi menunjukkan bahwa kelompok elit yang terdiri dari 77 juta orang ini termasuk miliarder yang memiliki penghasilan lebih dari US$ 140.000 atau setara Rp 2,5 miliar per tahun. Mereka menyumbang 16% dari seluruh emisi CO2 pada 2019.

“Emisi itu cukup untuk menyebabkan lebih dari satu juta kematian akibat cuaca panas," tulis laporan tersebut dikutip dari The Guardian, Jumat (24/11).

Investigasi tersebut mengeksplorasi penyebab dan konsekuensi dari ketidaksetaraan karbon dan dampak yang tidak proporsional dari individu-individu super kaya. Keadilan iklim akan menjadi agenda utama dalam konferensi iklim PBB COP28 di Uni Emirat Arab pada 30 November 2023 ini. 

Laporan Oxfam menunjukkan bahwa meskipun 1% orang terkaya cenderung hidup dalam rumah yang terisolasi dari iklim dan ber-AC, mereka dapat menghasilkan emisi sebesar 5,9 miliar ton CO2 pada 2019. Dengan demikian, mereka harus bertanggung jawab atas penderitaan masyarakat yang luar biasa.

Akumulasi emisi yang dihasilkan dari 1% orang terkaya tersebut selama 1990-2019, setara dengan pemusnahan panen jagung Uni Eropa, gandum Amerika Serikat, beras Bangladesh, dan kacang kedelai Tiongkok pada tahun lalu.

Masih berdasarkan laporan tersebut, dampak iklim ini lebih banyak ditanggung oleh orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, komunitas etnis yang terpinggirkan, migran, serta perempuan dan anak perempuan, yang rentan terhadap cuaca ekstrem.

Kelompok-kelompok ini cenderung tidak memiliki tabungan, asuransi atau perlindungan sosial, yang membuat mereka lebih rentan secara ekonomi dan fisik terhadap risiko banjir, kekeringan, gelombang panas dan kebakaran hutan. PBB mengatakan bahwa negara-negara berkembang menyumbang 91% dari kematian yang terkait dengan cuaca ekstrem.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa dibutuhkan sekitar 1.500 tahun bagi seseorang yang berada di kelompok 99% terbawah untuk menghasilkan karbon sebanyak yang dihasilkan oleh miliarder terkaya dalam setahun.

"Orang super kaya menjarah dan mencemari planet ini hingga mencapai titik kehancuran dan mereka yang paling tidak mampu yang membayar harga tertinggi," kata Chiara Liguori, penasihat kebijakan keadilan iklim senior Oxfam. Krisis kembar iklim dan ketidaksetaraan "saling memicu satu sama lain", kata laporan tersebut. 

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar orang di belahan bumi Utara bertanggung jawab atas 40% emisi CO2 berbasis konsumsi global, sementara kontribusi dari negara-negara berpenghasilan rendah (sebagian besar di belahan bumi selatan) hanya sebesar 0,4%. 

Reporter: Nadya Zahira