Indonesia Bidik CCS, Potensi Penyimpanan Karbon 600 Gigaton

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww/Spt.
Foto udara lokasi penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Pertamina EP Sukowati Field, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (7/12/2023).
Penulis: Rena Laila Wuri
23/1/2024, 20.20 WIB

Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon sebesar 400 hingga 600 Gigaton di dalam depleted reservoir dan saline aquifer. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan Carbon Capture and Storage (CCS).

Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center Belladonna Troxylon Maulianda, menyebutkan Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbondioksida yang sangat besar. “Diperkirakan mencapai 400 hingga 600 gigaton di dalam depleted reservoir dan saline aquifer,” kata Bella, Selasa (23/1).

Depleted reservoir adalah lapangan migas yang sudah menurun produksinya. Sementara itu, saline equifer adalah reservoir air yang memiliki kadar garam tinggi sehingga ideal untuk melarutkan gas CO2 yang kemudian akan mengalami proses mineralisasi dan pengendapan.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Jodi Mahardi membenarkan potensi tersebut. “Potensi injeksi karbon yang paling besar di Indonesia itu selain depleted reservoir adalah saline aquifer,” kata Jodi, Selasa (23/1).

Selain itu, Indonesia juga mempunyai keunggulan lain, yaitu kedekatan lokasi sehingga memungkinkan pengangkutan karbon yang relatif murah. Ia menuturkan potensi penyimpanan karbon raksasa yang dimiliki Indonesia ini akan membuka peluang penyimpanan karbon antarnegara atau cross border CCS.

Menurutnya, investasi CCS di Indonesia masih sangat mahal karena teknologinya tergolong baru. Namun, ia meyakini dengan dibukanya peluang cross border dan terbentuk CCS Hub akan banyak investasi masuk. “Jadi pada akhirnya industri bisa menggunakan CCS dengan lebih terjangkau,” kata Jodi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat setidaknya saat ini terdapat 16 proyek CCS dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Indonesia. Proyek tersebut ada yang masih tahap studi hingga persiapan.

Kemeterian ESDM Arifin Tasrif menyebut sebagian besar proyek itu ditargetkan beroperasi sebelum 2030. Di antaranya adalah CCS Gundih Enhanced Gas Recovery (EGR) di Jawa Tengah dan Enhance Oil Recovery (EOR) di Lapangan Sukowati Bojonegoro Jawa Timur.

Kolaborasi Berbagai Pemangku Kepentingan

Pemerintah terus mendorong perkembangan bisnis penangkapan dan penyimpanan karbon CCS di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengundang semua pemangku kepentingan untuk memanfaatkan potensi penyimpanan karbon yang dimiliki Indonesia.

"Kami mendorong seluruh pemangku kepentingan di industri CCS memanfaatkan potensi kapasitas penyimpanan Indonesia yang besar, mengembangkan industri hilir untuk menghasilkan produk rendah karbon," kata Luhut dalam peluncuran International and Indonesia CCS Forum 2024, di Jakarta, Selasa (23/1).

Luhut juga mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama merancang strategi yang akan membuka jalan bagi keberhasilan penerapan CCS hub di Indonesia. "Upaya kolaboratif ini sangat penting dalam mencapai tujuan kita bersama untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan," ujarnya.

Ia menuturkan pemerintah telah mendukung implementasi Indonesia sebagai hub CCS. Salah satunya dengan mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) terbaru untuk mengatur sektor CCS.

Lalu, Luhut juga mendukung penuh Indonesia CCS Center. Ia berharap organisasi tersebut dapat berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, BUMN, swasta, dan lembaga internasional.

“Kemitraan ini berperan penting dalam melakukan penelitian, mempersiapkan regulasi yang tidak diperlukan, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan CCS di negara kita," kata Luhut.

Reporter: Rena Laila Wuri