Kekeringan Hutan Amazon Cetak Rekor, Lumba-lumba Terancam Punah

ANTARA FOTO/REUTERS/Ricardo Morae
Avaci, 77, seorang buruh pertanian, berjalan di lahan yang masih panas setelah menjadi jalur api kebakaran hutan Amazon, dibersihkan sejumlah petani, di Rio Pardo, Rondonia, Brasil, Senin (16/9/2019).
25/1/2024, 11.07 WIB

Perubahan iklim adalah penyebab utama rekor kekeringan di hutan hujan Amazon yang mengeringkan sungai. Kekeringan tersebut membunuh lumba-lumba yang terancam punah, dan mengganggu kehidupan jutaan orang di wilayah tersebut.

Analisis kelompok ilmuwan internasional World Weather Attribution menyatakan pemanasan global membuat kekeringan 30 kali lebih mungkin terjadi. Pemanasan global juga mendorong suhu yang sangat tinggi dan berkontribusi pada penurunan curah hujan. Penelitian difokuskan pada bulan Juni hingga November tahun lalu.

Kekeringan yang melanda sembilan negara hutan hujan Amazon, termasuk Brasil, Kolombia, Venezuela, dan Peru, diperkirakan akan memburuk pada 2024. Kekeringan diperkirakan terjadi setelah musim hujan mulai surut pada bulan Mei, kata para ilmuwan dikutip dari Reuters, Kamis (25/1).

Perlindungan Amazon yang merupakan hutan hujan terbesar di dunia, dianggap penting untuk mengendalikan perubahan iklim karena banyaknya gas rumah kaca yang diserap oleh pepohonan. Kekeringan menurunkan permukaan air sungai di beberapa bagian wilayah tersebut ke titik terendah yang pernah tercatat.

“Kita seharusnya sangat khawatir dengan kesehatan hutan Amazon,” kata Regina Rodrigues, salah satu penulis studi dan peneliti di Universitas Federal Santa Catarina di Brasil.

Para peneliti mengatakan kekeringan dapat memperburuk kebakaran hutan. Jika dibarengi dengan perubahan iklim dan penggundulan hutan, hal ini dapat mendorong Amazon lebih cepat ke titik dimana bioma tersebut akan mengering dan tidak lagi menjadi hutan hujan yang subur.

Pemanasan berkala di Samudera Pasifik Timur yang dikenal sebagai El Nino juga berkontribusi terhadap penurunan curah hujan, meskipun tidak menyebabkan suhu yang lebih tinggi, demikian temuan studi tersebut.

"Meskipun kawasan ini telah menghadapi setidaknya tiga kekeringan hebat lainnya dalam 20 tahun terakhir, cakupan kekeringan ini belum pernah terjadi sebelumnya dan berdampak pada seluruh lembah Amazon," kata Rodrigues.

Di Brasil, anak sungai utama Amazon jatuh ke titik terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1902, dan aliran-aliran kecil hampir menghilang.

“Saluran air mengering dalam hitungan bulan. Orang-orang terpaksa melakukan perjalanan besar, menyeret perahu melintasi bagian sungai yang kering untuk mendapatkan makanan, obat-obatan, dan barang-barang penting lainnya,” kata Simphiwe Stewart, peneliti Red yang berbasis di Belanda.

Para peneliti di Brazil mengatakan tingkat air yang rendah dan suhu yang tinggi menyebabkan kematian sedikitnya 178 lumba-lumba sungai Amazon berwarna merah muda dan abu-abu yang terancam punah tahun lalu. Ribuan ikan juga mati karena rendahnya kadar oksigen di anak-anak sungai Amazon.