Joe Biden Setop Ekspor LNG AS

ANTARA FOTO/Media Center G20/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan keterangan kepada media di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022). Presiden Joe Biden menyampaikan sejumlah isu terkait kunjungannya di KTT G20 serta hasil pertemuan bilateralnya dengan Presiden China Xi Jinping.
29/1/2024, 09.54 WIB

Presiden AS, Joe Biden, menghentikan persetujuan untuk permohonan ekspor gas alam cair (LNG). Kebijakan ini  disambut baik oleh para aktivis iklim yang diharapkan dapat menunda pembukaan pabrik baru setidaknya hingga pemilu AS pada 5 November.

Departemen Energi (DOE) akan melakukan peninjauan dampak ekonomi dan lingkungan dari proyek-proyek tersebut selama jeda berlangsung. Apalagi saat ini sejumlah perusahaan tengah antre  meminta persetujuan ekspor LNG ke Eropa dan Asia di mana permintaan bahan bakar tersebut sangat tinggi.

"Peninjauan tersebut akan memakan waktu berbulan-bulan dan kemudian akan terbuka untuk komentar publik yang akan memakan waktu lebih lama, Menteri Energi Jennifer Granholm mengatakan kepada wartawan melalui telekonferensi yang dikutip dari Reuters, Senin (29/1).

Sementara itu, Biden mengatakan pemerintah AS akan mencermati dampak ekspor LNG terhadap biaya energi, keamanan energi Amerika, dan lingkungan.

"Jeda ini melihat krisis iklim sebagaimana adanya, ancaman nyata di zaman kita,” kata Biden yang merupakan presiden dari Partai Demokrat.

Para pejabat pemerintah berjanji bahwa jeda ini tidak akan merugikan negara-negara sekutu, karena ada pengecualian bagi keamanan nasional jika mereka membutuhkan lebih banyak LNG.

Perusahaan-perusahaan dan negara-negara di Eropa bergantung pada pasokan LNG dari AS, yang merupakan eksportir LNG terbesar di dunia tahun lalu. Hal itu terutama ketika Eropa mencoba melepaskan diri dari pasokan gas pipa dari Rusia setelah invasi ke Ukraina pada 2022.

Sekutu AS di Asia juga menginginkan LNG karena mereka berupaya memperlambat konsumsi batu bara.

Juru bicara Komisi Eropa, mengatakan jeda ini tidak akan berdampak jangka pendek hingga menengah terhadap keamanan pasokan UE

Namun, Karoline Leavitt, juru bicara kampanye mantan Presiden Donald Trump yang berasal dari Partai Republik, mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan “satu lagi bencana yang merugikan diri sendiri dan akan semakin melemahkan ekonomi dan keamanan nasional Amerika.”

Review proyek ekspor LNG terakhir terjadi pada tahun 2018 dengan kapasitas ekspor sebesar 4 miliar kaki kubik per hari. Kapasitas tersebut meningkat tiga kali lipat dan diperkirakan akan meningkat lebih tinggi pada 2030 dengan proyek-proyek yang sedang dibangun.

Pertumbuhan tersebut telah memicu protes dari aktivis lingkungan hidup dan kelompok pemuda, yang merupakan bagian dari basis Biden. Para aktivis mengatakan proyek-proyek LNG baru dapat merugikan masyarakat lokal dengan polusi, mengunci ketergantungan global pada bahan bakar fosil selama beberapa dekade, dan menyebabkan emisi dari pembakaran gas dan kebocoran gas metana yang sangat kuat.

Para pemerhati lingkungan memuji langkah tersebut dan membatalkan protes yang direncanakan di kantor pusat DOE bulan depan.
“Ini adalah sebuah tonggak sejarah,” kata Roishetta Ozane, pendiri dan direktur The Vessel Project of Louisiana dan salah satu tokoh yang menentang pembangunan LNG.

Michelle Weindling, direktur politik Sunrise Movement yang berbasis di kalangan pemuda mengatakan jeda tersebut akan membantu Biden mendapatkan dukungan dari pemilih muda pada bulan November.

“Perlu dilihat bahwa para pemimpin memimpin dengan berani dan tanpa penyesalan untuk menyelesaikan krisis ini,” katanya.