Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan penurunan permukaan tanah juga memicu sebagian besar daerah di Pulau Jawa rentan terkena bencana banjir dan tanah longsor. Kondisi tersebut diperparah oleh anomali cuaca.
“Fenomena penurunan muka tanah ini diketahui merujuk dari hasil penyelidikan geologi yang diikuti oleh tim BMKG,” kata dia dikutip dari Antara, Jumat (15/3).
Menurut dia, Kota Semarang, Pekalongan dan Demak yang merupakan wilayah pantai utara (pantura) Jawa Tengah menjadi salah satu contoh daerah di Pulau Jawa yang paling kentara mengalami penurunan permukaan tanah itu.
Dari hasil penelitian diketahui, penurunan permukaan tanah menyasar wilayah pesisir Kota Semarang, Pekalongan dan Demak sekitar 10 centimeter per tahun. Fenomena ini sudah berlangsung terhitung sejak 10 tahun terakhir.
Ia mengatakan, penurunan yang berkelanjutan membuat permukaan tanah wilayah pesisir Jawa Tengah itu lebih rendah dari muka air laut.
Kondisi kian diperparah setelah analisis meteorologi menemukan hingga beberapa waktu ke depan atmosfer Indonesia masih akan dilanda aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin, Rossby Equatorial, dan tiga Bibit Siklon Tropis sekaligus.
“Itulah mengapa bila diguyur hujan air cepat menyebar, dan surutnya membutuhkan waktu lama dan juga tak sedikit berujung longsor,” ujarnya.
Dwikorita menilai hasil analisa saintifik tersebut menjadi dasar acuan untuk semua pihak baik pemerintah, legislatif maupun masyarakat memikirkan solusi bagaimana kerentanan bencana banjir bisa diminimalisasi dan dampaknya tidak meluas.
12 Daerah Berstatus Siaga-Waspada Cuaca Ekstrem
Sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang. Sebanyak 12 daerah di antaranya ditetapkan berstatus siaga dan waspada oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Daerah berstatus siaga itu meliputi:
- Jawa Tengah
- Banten
- Nusa Tenggara Timur
- Kalimantan Tengah
- Lampung
- Jawa Barat
- D.I Yogyakarta
- Jawa Timur
- Bali
- Nusa Tenggara Barat
- Maluku
- Papua.
Peringatan dini dampak hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga berpotensi menyasar untuk wilayah Denpasar Bali, Jakarta Pusat, Jambi, Bandung Jawa Barat, Semarang, dan Ambon Maluku.
Selanjutnya BMKG memprediksi potensi hujan disertai petir terjadi di Bandar Lampung, Bengkulu, pada pagi-siang hari.
Kemudian kota lainnya, seperti Serang Banten, Yogyakarta, Gorontalo, Semarang, Surabaya diprediksi berawan pada pagi dan malam hari.
Sementara untuk wilayah DKI Jakarta sebagian besar hujan ringan pada pagi, dan pada siang hari hujan disertai petir dengan kelembaban 80-90 persen, mayoritas berawan pada malam hari dengan suhu 24-30 derajat celcius.
Dwikorita mengungkapkan potensi terjadinya cuaca ekstrem yang dapat berujung kebencanaan meningkat di sebagian besar daerah hingga sepekan ke depan dipicu akibat adanya intervensi tiga Bibit Siklon Tropis sekaligus.
Menurut dia, tiga bibit siklon tropis; Bibit Siklon Tropis 91S, 94S, dan 93P termonitor berada di sekitar Samudera Hindia selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia menunjukkan pengaruh terhadap wilayah Indonesia bagian selatan.