World Water Day atau Hari Air Sedunia jatuh pada hari ini, Jumat (22/3). Pada tahun ini, tema Hari Air Sedunia adalah "Memanfaatkan Air untuk Perdamaian".
Saat ini krisis air tanah terjadi di sejumlah daerah di Indonesia dan negara-negara lain di dunia. Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab dari krisis air tanah ini. Kekurangan air bersih dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kekeringan, banjir, dan penyebaran penyakit.
Menurut Laporan dari World Health Organization (WHO), terdapat 1,7 juta anak yang tewas akibat adanya pencemaran lingkungan setiap tahun. Selain itu, sebanyak 361.000 anak berusia di bawah 5 tahun meninggal akibat diare yang disebabkan oleh air yang tercemar.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito mengatakan perubahan iklim berdampak pada proses hidrologi dan sumber daya air di Indonesia.
Akibatnya, perubahan iklim curah hujan di Indonesia saat ini lebih pendek dibanding normal. Sementara itu, musim kemarau menjadi lebih panjang daripada biasanya.
“Adanya perubahan siklus air. Kemudian yang paling ekstrem adalah bagaimana kita bisa melihat bahwa setiap wilayah di bumi khususnya di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda,” kata Mego dalam konferensi pers Road to 10th World Water Forum bertajuk “Riset dan Inovasi Solusi Krisis Air”, Rabu (13/3).
Fenomena ini menyebabkan banjir pada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki curah hujan tingggi. Adapun daerah-daerah yang mengalami kekeringan parah menghadapi mengalami krisis air.
Mego mengatakan, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 2018 telah memprediksi adanya perubahan iklim yang mengakibatkan krisis sumber daya air. Sementara itu, Food and Agriculture Organization juga telah memetakan krisis air dan pengelolaan lahan di negara-negara di dunia pada 2021.
Di Indonesia, Bappenas juga telah memetakan daerah yang memiliki kerentenan akibat perubahan iklim. Dengan demikian, perlu adanya perhatian khusus dalam penangan perubahn iklim di daerah tersebut.
Bappenas mencatat, Indonesia telah mengalami 3.544 bencana alam pada 2022. Sebanyak 98% dari bencara tersebut bersifat hidrometeorologi, yang merenggut 3.183 nyawa dan berdampak pada 18 juta orang selama satu dekade terakhir.
10 Provinsi dengan Produksi Air Bersih Paling Rendah
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Statistik Air Bersih 2018-2022, volume produksi air bersih di seluruh Indonesia mencapai 5,26 miliar meter kubik (m&³3;) sepanjang 2022. Volume itu naik tipis 0,28% dari 2021 sebanyak 5,25 miliar m&³3;.
Meski demikian, produksi air bersih di Indonesia sangat bervariatif di tiap daerah. Laporan BPS menunjukkan, ada sejumlah provinsi yang hanya mampu memproduksi sedikit air besih sepanjang tahun lalu.
Berikut daftar sepuluh provinsi dengan produksi air bersih paling sedikit pada 2022:
- Papua Barat: 5,5 juta m&³3;
- Bangka Belitung: 10,68 juta m&³3;
- Sulawesi Barat: 11,33 juta m&³3;
- Maluku: 11,61 juta m&³3;
- Sulawesi Tenggara: 16,88 juta m&³3;
- Papua: 21,07 juta m&³3;
- Lampung: 22,41 juta m&³3;
- Riau: 22,54 juta m&³3;
- Sulawesi Tengah: 22,94 juta m&³3;
- Gorontalo: 22,95 juta m&³3;
Sejarah Peringatan Hari Air Sedunia
Dari laman resmi UN Water, Hari Air Sedunia diadakan setiap tahun sejak 1993. Sejarah Hari Air Sedunia bermula saat diadakannya Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro.
Konferensi ini diadakan pada tahun 1992. Pada saat itu, tercetus ide tentang hari internasional ini. Hari Air Sedunia merupakan peringatan PBB tahunan yang berfokus pada pentingnya menjaga air tawar. Pasalnya, lebih dari 2.2 miliar orang tidak memiliki air bersih dan ini menjadi krisis global yang perlu ditangani secara konkret.