Industri Semikonduktor Terancam Perubahan Iklim

Vecteezy.com/Kyril Balbatunou
Industri semikonduktor sangat bergantung pada pasokan air.
Penulis: Amelia Yesidora
5/4/2024, 21.35 WIB

Industri semikonduktor tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan geopolitik global, tetapi juga terhadap iklim global. Industri ini sangat bergantung pada air, namun belum banyak perhatian yang diberikan atas dampak lingkungan industri semikonduktor. 

Semikonduktor adalah bahan utama untuk pembuatan mikrocip. Alat ini banyak digunakan untuk barang-barang elektronik sehingga industri manufaktur cip disebut berpengaruh secara geopolitik layaknya industri minyak di abad ke-20.

“Bagaimanapun skenario perubahan iklim yang dipakai, baik optimistis, bisnis seperti biasa, atau pesimistis, minimal 40% dari seluruh pabrik manufaktur semikonduktor saat ini berada di daerah aliran sungai (DAS) yang diperkirakan bakal berisiko tinggi atau sangat tinggi pada 2030,” tulis laporan AFP, dikutip Jumat (5/4).

DAS berisiko tinggi adalah daerah aliran sungai yang 40% hingga 80% dari total air permukaan dan air tanah terbarukannya dipakai untuk berbagai keperluan. Misalnya, irigasi, industri, hingga rumah tangga.

DAS dengan risiko ekstrem adalah daerah aliran sungai yang lebih dari 80% dari total air permukaan dan air tanah terbarukannya dipakai.

Contohnya, di Taiwan yang memproduksi 90% semikonduktor tercanggih di dunia, mengalami kekeringan parah sejak 2021. AFP mencatat bahwa negara membayar petani di Taiwan agar lahan tetap kosong. Tujuannya, supaya air yang seharusnya dipakai untuk bertani dapat dialirkan ke pabrik semikonduktor. 

“Pabrik Taiwan bahkan harus menggunakan truk untuk mengangkut air dari satu daerah aliran sungai ke daerah aliran sungai lainnya untuk mengatasi kekurangan air,” tulis AFP.

Indonesia juga kesepakatan kerja sama dengan Amerika Serikat untuk memperkuat rantai pasok produk semikonduktor. Keputusan tersebut merupakah hasil dari peningkatkan kerja sama dua negara menjadi comprehensive strategic partnership alias kemitraan strategis komprehensif yang ditandatangani di Gedung Putih, Washington DC pada 13 November 2023.

Ini berarti Indonesia harus waspada terhadap dampak industri semikonduktor terhadap masalah lingkungan, khususnya produksi mikrocip yang membutuhkan banyak air.  

Transisi Energi Ikut Terdampak Krisis Air Global

Hasil riset CDP baru-baru ini menyebut perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam transisi energi global sangat terpapar risiko keamanan air. Mereka melihat beberapa aset mereka terdampar sebagai akibat dari krisis air global.

CDP merupakan sebuah organisasi nirlaba yang menjalankan sistem pengungkapan lingkungan untuk perusahaan, kota, negara bagian, dan wilayah. Laporan CDP menyoroti peran sentral air dalam transisi menuju sistem energi bebas karbon. Pada saat yang sama, pengambilan sumber daya air global yang tidak berkelanjutan di atas tingkat pengisian ulang alami menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia.

Hal itu juga menimbulkan ancaman terhadap ketahanan pangan, dan kelestarian lingkungan. Meningkatnya kelangkaan air diperkirakan akan mempengaruhi dua pertiga populasi dunia pada tahun 2025. Penelitian CDP mengungkapkan bagaimana perusahaan dan investor menanggapi krisis air.

"Jika kita mengabaikan krisis air, hal ini akan memperlambat dan menciptakan hambatan dalam transisi energi," ujar Adam Wentworth, juru bicara CDP. "Tekanan terhadap ketersediaan air menyebabkan potensi risiko terhadap kapasitas produksi dan bahkan penutupan pabrik."

Dari 82 perusahaan energi fosil yang mengungkapkan data terkait air kepada CDP pada tahun 2022, 16 perusahaan melaporkan potensi risiko terhadap kapasitas produksi karena masalah air dan satu perusahaan melaporkan potensi penutupan pabrik.

Di sektor ketenagalistrikan, 21 dari 56 pembangkit listrik tenaga air dan gas yang mengungkapkan data terkait air melaporkan adanya risiko terhadap kapasitas produksi. Bahkan, lima pembangkit listrik berisiko ditutup.

 

"Dalam upaya untuk melepaskan diri dari bahan bakar fosil, kita gagal untuk melihat bahaya yang disebabkan oleh kurangnya air tawar yang tersedia," kata Patricia Calderon, direktur asosiasi air untuk CDP, dalam sebuah pernyataan pers.

Ia mengatakan energi dan air sangat bergantung satu sama lain. "Persediaan air menjadi semakin rapuh, dan kita sangat perlu menghargai apa yang tersisa. Ini berarti investor dan perusahaan yang mendanai proyek-proyek energi harus segera mengambil langkah untuk memahami dan mengelola risiko dan dampak air," ujarnya.

 

Reporter: Amelia Yesidora