Bulan lalu di Hong Kong terdatat sebagai April terpanas dalam 140 tahun terakhir atau sejak pencatatan suhu dilakukan pada 1884. Observatorium cuaca Hong Kong mencatat suhu rata-rata April 2024 sebesar 26,4 derajat Celcius.
"Musim panas belum tiba tetapi April sudah memecahkan rekor," kata observatorium dikutip dari Channel News Asia, Jumat (3/5).
Data observatorium menunjukkan, kota subtropis di Cina itu telah menghadapi cuaca panas ekstrem dalam beberapa tahun terakhir. Suhu harian dan bulanan tercatat memiliki rekor tertinggi setiap tahun sejak 2019.
Pada 27 April lalu, Hong Kong juga mencetak rekor suhu rata-rata harian tertinggi di angka 28,8 derajat celcius. Sementara, suhu rata-rata terendah mencapai 27,7 derajat celcius.
Rekor terpanas April tahun ini terjadi setelah musim dingin yang sangat hangat dari Desember hingga Februari. Begitu juga dengan Maret yang jauh lebih hangat dari biasanya. Observatorium memperkirakan suhu di atas normal akan terjadi sepanjang 2024.
Menanggapi kondisi ekstrem tersebut, Departemen Tenaga Kerja Hong Kong memperbarui sistem peringatan suhu panas di tempat kerja dan mewajibkan karyawan untuk beristirahat pada suhu tertentu guna mencegah penyakit akibat cuaca panas.
Departemen tenaga kerja Hong Kong pada hari Rabu memperbarui sistem peringatan tiga tingkat untuk stres diakibatkan suhu panas di tempat kerja, mematoknya ke peringatan cuaca panas observatorium, serta menggandakan durasi minimum peringatan panas dari 30 menit menjadi satu jam.
Sementara itu, sejumlah nengara d Asia Selatan dan Tenggara juga dilanda cuaca panas ekstrem belakangan ini. Bahkan di beberapa negara, cuaca mencapai lebih dari 50 derajat Celcius.
Misalnya saja di Bangladesh, negara tersebut kembali menutup semua sekolah dasar di seluruh negeri dan lembaga pendidikan lainnya lantaran gelombang panas ekstrem dengan suhu mencapai 43 derajat Celcius.
Gelombang panas tersebut dilaporkan telah menyebabkan penyakit bahkan kematian. Ini merupakan kebijakan yang kedua kalinya setelah sekolah-sekolah di Bangladesh sempat dibuka pekan lalu. Namun setelah dibuka, tingkat kehadiran siswa sangat rendah.
Menteri Pendidikan Mohibul Hasan Chowdhury Nowfel mengatakan akan menutup lembaga pendidikan jika suhu di distrik mana pun melebihi 42 derajat. Saat ini, kementerian setempat memutuskan untuk menutup kembali sekolah dasar dan lembaga pendidikan di 27 distrik sampai Kamis kemarin.
Sedangkan, di Thailand, 30 orang dilaporkan meninggal lantaran kepanasan dengan suhu yang mencapai 44,1 derajat Celcius pada pekan lalu. Filipina juga mengumumkan penutupan semua sekolah negeri selama dua hari setelah panas yang ekstrem di ibu kota Manila.
Philippine Atmospheric, Geophysical and Astronomical Services Administration (PAGASA) memperingatkan indeks suhu rata-rata Filipina bisa mencapai 52 derajat Celcius hingga pertengahan Mei 2024. “Kami masih berada di puncak musim kemarau dan ada kemungkinan bahwa suhu akan meningkat lebih lanjut terutama selama paruh kedua bulan Mei,” kata peramal cuaca PAGASA, Anna Clauren, dikutip dari Philstar, Senin (29/4).
Cuaca panas ekstem ini terjadi karena fenomena cuaca El Nino mengintensifkan panas yang menyelimuti negara itu pada bulan-bulan musim panas Maret hingga Mei di Filipina. Kondisi tersebut mendorong ribuan sekolah di seluruh Filipina untuk meliburkan kelasnya.
Setidaknya 3,6 juta siswa di Filipina terdampak dan banyak yang mengeluhkan panas yang tidak dibisa ditoleransi hingga mengakibatkan kulitnya terasa terbakar.