Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan akan terjadi musim badai yang sangat aktif. WMO juga menekankan bahwa peringatan dini diperlukan untuk menyelamatkan nyawa.
“Kandungan panas laut yang tinggi dan antisipasi perkembangan peristiwa La Nina diperkirakan akan memicu musim badai yang sangat, sangat, sangat aktif tahun ini,” Clare Nullis, juru bicara WMO, mengatakan pada sebuah pengarahan di Jenewa, dikutip dari Reuters, Senin (27/5).
Dia mengatakan, badai tersebut tidak hanya mengancam nyawa manusia, namun juga pembangunan ekonomi. “Hanya diperlukan satu kali badai untuk menghambat pembangunan sosio-ekonomi selama bertahun-tahun," ujarnya.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) memperkirakan akan terjadi 17 hingga 25 nama badai tahun ini.
Musim badai Atlantik, yang berlangsung dari Juni hingga November, mencatat aktivitas di atas rata-rata selama delapan tahun berturut-turut, kata WMO.
Nullis mengatakan, peringatan dini telah membantu menyelamatkan nyawa dan mengurangi angka kematian secara signifikan. Namun, hal itu seringkali tidak diterapkan oleh negara-negara berkembang, seperti di Karibia.
WMO melaporkan, siklon tropis – termasuk angin topan – merupakan penyebab utama kerugian manusia dan ekonomi yang dilaporkan di seluruh dunia pada kurun waktu 1970 dan 2021.
Bencana Alam di Indonesia
Di Indonesia, Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, terdapat 66 bencana alam selama 1-12 Januari 2024.
Banjir merupakan bencana alam terbanyak pada awal tahun ini, yaitu 42 kejadian. Jumlah ini setara 63,64% dari total bencana alam di Tanah Air.
Bencana alam lain yang banyak terjadi, yakni cuaca ekstrem sebanyak 17 kejadian, lalu diikuti tanah longsor sebanyak 7 kejadian. Sementara, tidak ada satu pun bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kekeringan, gempa bumi, gelombang pasang/abrasi, erupsi gunung api, dan tsunami di awal tahun ini.
Berdasarkan wilayahnya, bencana alam paling banyak terjadi di Jawa Barat sebanyak 17 kejadian, Jawa Tengah 9 kejadian, Riau 7 kejadian, serta Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat masing-masing 5 kejadian.