Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Penetapan itu karena sudah mencukupi syarat dua daerah untuk menaikkan status siaga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan (BPBD Sumsel) mencatat terdapat 12 daerah yang rawan karhutla.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, mengatakan dari jumlah itu 3 di antaranya telah menetapkan status siaga darurat karhutla sebagai mitigasi terhadap bencana di Sumsel, yakni Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI).
"Melihat kondisi saat puncak kemarau dan berdasarkan tingkat kerawanan di Sumsel, sebanyak 12 daerah yang akan menetapkan siaga darurat karhutla," ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (26/6).
Ia mengatakan Pemprov Sumsel juga telah menetapkan status siaga darurat karhutla. Penetapan itu karena sudah mencukupi syarat dua daerah untuk menaikkan status siaga.
Sedangkan, sembilan daerah lain yang rawan karhutla dan masih proses menaikkan status, yaitu Kabupaten Ogan Ilir, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur dan OKU Selatan, Musi Rawas (Mura), Musi Rawas Utara (Muratara) dan Lahat.
Butuh 8 Helikopter
Sudirman mengatakan, BPDB Sumsel membutuhkan delapan unit helikopter untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhulta) di wilayah itu. Pihaknya berencana meminta bantuan delapan unit helikopter ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"BNPB masih mendata penempatan helikopter ini, karena karhutla bukan hanya terjadi di Sumsel akan tetapi juga terjadi di wilayah Sumatera lainnya," katanya.
Ia menjelaskan dari delapan helikopter itu, dua di antaranya dipergunakan untuk berpatroli mengelilingi wilayah Sumsel. Hal itu perlu dilakukan untuk pencegahan dini karhutla apabila meluas dan mengetahui titik-titik lahan yang terbakar.
"Sedangkan, enam unit helikopter lainnya digunakan untuk water bombing untuk antisipasi lahan yang terbakar," ucapnya.
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 79 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 89 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (25/6/2024) pukul 16.26 WIB. Dari 79 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 77 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.