Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menilai penerapan ekonomi hijau berpotensi membuat Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas, Vivi Yulaswati, mengatakan pemerintah sudah menyiapkan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) yang intinya tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi diiringi dengan pengurangan intensitas emisi karbon.
"Artinya apa? Kedepan salah satu game changernya itu adalah penerapan ekonomi hijau," ujar Vivi dalam acara SDGs Annual Conference, di Jakarta, Senin (7/10).
Vivi menjelaskan, ekonomi hijau bisa menjadi suatu ide yang dapat membuat Indonesia keluar dari middle income trap. Karena jika Indonesia berusaha untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maka jalan untuk pengurangan emisi dan Indonesia emas pada 2045 dapat terlaksana.
Lanjutnya, ia menjelaskan ekonomi hijau merupakan menciptakan ekonomi yang tidak atau mengurangi emisi karbon yang dikeluarkan baik dari industri maupun transportasi.
"Jadi salah satunya tentunya kita dorong transisi energi, mulai dari penggunaan EV, menuju juga hidrogen, efisiensi energi, lahan, kegiatan pertanian, untuk regeneratif pertanian, karena tentunya kita ingin lahan-lahan kita yang sebetulnya cuma sepertiga, itu kembali sehat," ungkapnya..
Selain itu, dengan menerapkan ekonomi hijau juga berpotensi menciptakan pekerjaan dan atau sumber ekonomi baru seperti sirkular ekonomi. Ekonomi sirkular merupakan prinsip ekonomi yang meliputi pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan material yang digunakan selama mungkin serta meregenerasi sistem alam.
"Kita sudah bergerak beyond pengurangan sampah, pengelolaan sampah yang 3R, sekarang menjadi 9R,"ucapnya.
Kekeringan ekstrem mengisolasi masyarakat Amazon di Brasil. Pelabuhan sungai mencapai level terendah sejak 1902, sehingga menghambat transportasi ekspor biji-bijian dan pasokan penting yang merupakan jalur kehidupan wilayah tersebut.
Francisco Mateus da Silva, 67 tahun, menghabiskan berjalan kaki selama satu jam untuk mengambil makanan dan air. Kekeringan terburuk yang pernah tercatat di wilayah tersebut telah melumpuhkan transportasi sungai.
"Sangat sulit bagi kami karena kami terbiasa bepergian di sini melalui sungai. Sungai adalah jalan kami, dan tanpa air kami bahkan tidak bisa pergi. Kami benar-benar terisolasi," kata Silva kepada Reuters.
Negara bagian Amazonas, Brasil, tengah berada dalam keadaan darurat karena kekeringan. Sekitar 70% dari semua kota di wilayah tersebut terkena dampak kekeringan, hampir 300 di antaranya dalam kondisi parah atau ekstrem, menurut Cemaden, pusat nasional pemerintah federal untuk memantau bencana alam.
Silva mengatakan kekeringan tahun ini dan tahun lalu sangat parah dan meninggalkan banyak kerusakan.
Ketinggian Sungai Capai Level Terendah
Pelabuhan sungai di kota terbesar di hutan hujan Amazon, Manaus, bahkan mencapai level terendah sejak 1902. Kekeringan menguras jalur air dan menghambat transportasi ekspor biji-bijian dan pasokan penting yang merupakan jalur kehidupan wilayah tersebut.
Pelabuhan Manaus mengukur ketinggian sungai Rio Negro yang mencapai 12,66 meter pada Jumat (4/10). Ini melampaui titik terendah sepanjang masa yang tercatat tahun lalu dan masih turun dengan cepat.
Curah hujan di bawah rata-rata - bahkan selama musim hujan - telah melanda Amazon dan sebagian besar Amerika Selatan sejak tahun lalu. Hal ini juga memicu kebakaran hutan terburuk dalam lebih dari satu dekade di Brasil dan Bolivia. Para peneliti mengatakan perubahan iklim adalah penyebab utamanya.
Para ilmuwan memperkirakan wilayah Amazon mungkin tidak akan sepenuhnya pulih tingkat kelembapannya hingga 2026. Tahun lalu, kekeringan menjadi krisis kemanusiaan, karena orang-orang yang bergantung pada sungai terdampar tanpa makanan, air, atau obat-obatan.
Tahun ini pihak berwenang sudah bersiaga. Di negara bagian Amazonas yang dilanda parah, setidaknya 62 kotamadya berada dalam keadaan darurat dengan lebih dari setengah juta orang terkena dampaknya, menurut korps pertahanan sipil negara bagian tersebut.
"Ini sekarang merupakan kekeringan paling parah dalam lebih dari 120 tahun pengukuran di Pelabuhan Manaus," kata Valmir Mendonca, kepala operasi pelabuhan, yang mengatakan permukaan air sungai kemungkinan akan terus turun selama satu atau dua minggu lagi.
Rio Negro adalah anak sungai utama Sungai Amazon, sungai terbesar di dunia berdasarkan volume. Pelabuhan itu terletak di dekat "pertemuan air" tempat air hitam Sungai Negro bertemu dengan Sungai Solimoes yang berwarna pasir, yang juga mencapai rekor terendah minggu lalu.
Pengiriman biji-bijian telah dihentikan di Sungai Madeira, anak sungai Amazon lainnya, karena permukaan air yang rendah, kata asosiasi pelabuhan bulan lalu.
Para peneliti sekali lagi menemukan bangkai lumba-lumba sungai air tawar Amazon. Menipisnya air yang mendorong spesies yang terancam itu untuk lebih dekat dengan manusia.
Badan pemantauan bencana nasional Cemaden telah menyebut kekeringan itu sebagai peristiwa terburuk di Brasil sejak setidaknya tahun 1950-an. Kekeringan itu juga telah menguras pembangkit listrik tenaga air, sumber listrik utama Brasil. Otoritas energi telah menyetujui penerapan kembali daylight saving