BRGM: Sejumlah Wilayah Indonesia Tenggelam Imbas Kerusakan Ekosistem Mangrove

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas melakukan perawatan tanaman Mangrove (Rhizophora mucronata Poir) di proyek budidaya tanaman Mangrove, Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (1/11/2024).
3/12/2024, 15.01 WIB

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mencatat kerusakan ekosistem mangrove di Indonesia membuat sejumlah wilayah tenggelam. Masyarakat pesisir juga berpotensi kehilangan mata pecaharian akibat kerusakan ekosistem mangrove.

Kepala Kelompok Kerja Edukasi Sosialisasi BRGM, Suwignyo Utama, mengatakan salah satu contohnya terjadi di Demak, Jawa Tengah akibat pembuatan tambak ikan yang mengorbankan tanaman mangrove. Ekosistem mangrove yang dirusak selama puluhan tahun membuat desa di Demak berpotensi hilang karena abrasi air laut secara langsung.

Seperti diketahui, Hutan mangrove berfungsi sebagai penahan alami terhadap gelombang dan abrasi, melindungi garis pantai dari kerusakan akibat badai dan erosi.

"Di Demak, semua sekarang sudah hampir tenggelam desanya. Dalam kurun 30 tahun kehilangan daratan 5,1 km," ujar Suwignyo dalam diskusi, di Jakarta, Selasa (3/12).

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Bengkalis, Riau, yang mengalami abrasi seluas 3-5 meter setiap tahunnya, atau bisa mencapai 50 meter dalam kurun waktu 10 tahun.

Selain berdampak terhadap lingkungan, Suwignyo mengatakan, abrasi yang disebabkan oleh air laut juga berdampak terhadap ekonomi masyarakat pesisir. Misalnya saja masyarakat di wilayah Indragiri Hilir, Riau kehilangan mata pencahariannya karena produksi kelapa merosot imbas hilangnya ekosistem mangrove.

"Satu desa itu sampai 1600 hektare. Sehingga desa itu hampir ditinggalkan penduduknya, karena kelapa mati," ujarnya.

Suwignyo mengatakan, BRGM mengajak masyarakat untuk menjaga ekosistem hutan mangrove Indonesia. BRGM melakukan berbagai cara mulai dari pelatihan, sekolah rehabilitasi mangrove, dan penunjukan masyarakat sebagai kader dalam menjaga ekosistem mangrove di wilayahnya.

Reporter: Djati Waluyo