PBB Selenggarakan Pertemuan Darurat Bahas Biaya COP30 yang Melambung

COP30 Brasil Amazonia/Raffa Neddermeyer
Biro iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan darurat untuk membahas harga akomodasi yang sangat tinggi untuk KTT iklim COP30 di Brasil tahun ini.
Penulis: Hari Widowati
31/7/2025, 08.50 WIB

Biro iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan darurat untuk membahas harga akomodasi yang sangat tinggi untuk KTT iklim COP30 di Brasil tahun ini. Hal tersebut dikhawatirkan akan membuat negara-negara miskin tidak mampu mengikuti negosiasi, menurut para diplomat dan sebuah dokumen yang dilihat oleh Reuters.

Brasil sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah COP30 di kota Belem yang berada di hutan hujan Amazon, pada November 2025. Di sana, hampir setiap pemerintahan di dunia akan berkumpul untuk menegosiasikan upaya bersama mereka dalam mengatasi perubahan iklim.

Kekhawatiran tentang logistik telah menghantui persiapan untuk COP30. Negara-negara berkembang telah memperingatkan bahwa mereka tidak mampu membayar harga akomodasi di Belém, yang telah melonjak di tengah kekurangan kamar.

Dalam pertemuan darurat "biro COP" badan iklim PBB pada hari Selasa (29/7), Brasil setuju untuk mengatasi kekhawatiran negara-negara tentang akomodasi dan akan melaporkan kembali hasilnya pada pertemuan lain 11 Agustus 2025.

"Kami diyakinkan bahwa kami akan meninjau kembali hal itu pada tanggal 11, untuk mendapatkan jaminan apakah akomodasi akan memadai untuk semua delegasi," kata Richard Muyungi, Ketua Kelompok Negosiator Afrika kepada Reuters setelah pertemuan tersebut, Rabu (30/7).

Dia mengatakan negara-negara Afrika ingin menghindari pengurangan partisipasi mereka karena masalah biaya.

"Kami belum siap untuk mengurangi jumlah delegasi. Brasil punya banyak pilihan untuk menyelenggarakan COP yang lebih baik, COP yang bagus. Jadi itulah mengapa kami mendorong agar Brasil memberikan jawaban yang lebih baik, daripada menyuruh kami membatasi delegasi kami," kata Muyungi.

Seorang diplomat lain yang mengetahui pertemuan tersebut mengatakan keluhan tentang keterjangkauan datang dari negara miskin maupun kaya.

Sebuah agenda untuk pertemuan hari Selasa (29/7), yang dilihat oleh Reuters, mengonfirmasi pertemuan itu diadakan untuk membahas "persiapan operasional dan logistik untuk Konferensi Perubahan Iklim di Belem" dan kekhawatiran Kelompok Negosiator Afrika mengenai masalah tersebut.

Kementerian Luar Negeri Brasil tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Para pejabat Brasil yang mengorganisir KTT tersebut telah berulang kali memberikan jaminan bahwa negara-negara miskin akan memiliki akses ke akomodasi yang terjangkau.

Kapal Pesiar Diubah Jadi Hotel

Brasil berlomba-lomba untuk menambah 18.000 tempat tidur hotel yang biasanya tersedia di Belem untuk menjamu sekitar 45.000 orang yang diproyeksikan akan menghadiri COP30.

Pemerintah Brasil pada bulan ini mengatakan telah mengamankan dua kapal pesiar untuk menyediakan 6.000 tempat tidur tambahan bagi delegasi COP30. Pemerintah juga membuka pemesanan akomodasi yang lebih terjangkau bagi negara-negara berkembang dengan tarif harian hingga US$ 220 atau Rp 3,6 juta (kurs Rp 16.390/US$).

Jumlah itu masih di atas "tunjangan harian" yang ditawarkan PBB kepada beberapa negara miskin untuk mendukung partisipasi mereka di COP. Untuk Belem, angkanya adalah US$ 149 atau Rp 2,44 juta.

Dua diplomat PBB menunjukkan kepada Reuters penawaran harga yang mereka terima dari hotel dan pengelola properti di Belem dengan tarif sekitar US$ 700 atau Rp 11,47 juta per orang per malam selama COP30.

Para pejabat dari enam pemerintah, termasuk negara-negara Eropa yang lebih kaya, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka belum mendapatkan akomodasi karena harga yang tinggi. Mereka bersiap untuk mengurangi partisipasi mereka di COP30.

Seorang juru bicara pemerintah Belanda mengatakan mereka mungkin perlu mengurangi separuh delegasinya dibandingkan dengan COP sebelumnya. Belanda mengirim sekitar 90 orang selama acara dua minggu itu, termasuk utusan, negosiator, dan perwakilan pemuda.

"Kami tidak punya akomodasi. Kami mungkin harus memangkas delegasi seminimal mungkin. Dalam situasi ekstrem, mungkin kami tidak akan hadir," ujar Wakil Menteri Iklim Polandia Krzysztof Bolesta kepada Reuters, awal bulan ini.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.