Systemiq: Dunia Bisa Kehilangan Ribuan Miliar Dolar Jika Tak Hadapi Krisis Iklim
Laporan terbaru "Returns on Resilience" yang dirilis konsorsium internasional yang dipimpin Systemiq, menyebut keterlambatan aksi terhadap perubahan iklim dapat membawa dampak ekonomi global yang sangat besar. Para peneliti memperingatkan biaya dari ketidakbertindakan dapat menghapus triliunan dolar dari perekonomian dunia dalam beberapa dekade mendatang akibat krisis iklim.
Laporan itu menyebut, perubahan suhu dan curah hujan telah menghapus sedikitnya US$ 525 miliar (Rp 8.706,8 triliun) dari pertumbuhan ekonomi negara berkembang dalam 20 tahun terakhir.
Jika tren ini terus berlanjut, kerugian bagi perusahaan besar dunia dapat mencapai US$ 1,2 triliun (Rp 19.901 triliun) pada 2050. Adapun Produk Domestik Bruto (PDB) global bisa menurun hingga 23%.
Investasi Masih Mengalir ke Arah yang Salah
Meski begitu, laporan tersebut mengungkapkan arus investasi saat ini masih banyak mengalir ke arah yang salah. Untuk setiap US$ 1 (Rp 16.580) yang diinvestasikan pada infrastruktur berketahanan iklim, dunia justru menghabiskan US$ 87 dolar (Rp 1,44 juta) untuk proyek yang tidak memperhitungkan risiko iklim. Misalnya, membangun di wilayah rawan banjir atau pelabuhan tanpa perlindungan terhadap kenaikan permukaan laut.
Laporan ini juga menegaskan bahwa investasi dalam ketahanan tidak boleh dipandang sebagai beban, melainkan peluang ekonomi strategis. Dengan membangun sistem adaptasi yang kuat, negara-negara dapat melindungi aset pembangunan, menekan risiko utang, serta menjaga ketahanan sosial dan ekonomi di tengah meningkatnya ancaman iklim.