Indeks Harga Pasar (HIP) Harga Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk biodiesel periode Febuari meningkat 10% menjadi Rp 7.015 per liter dibandingkan periode Januari Rp 6.371 per liter. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan harga rata-rata CPO Kharisma Pemasaran Bersama (KPB) periode 15 Desember 2018 hingga 14 Januari 2019 mencapai Rp 6.628 per kilo gram (kg). Periode 15 November-16 Desember 2018 sebesar Rp 5.872 per kg.
Hal itu lah yang menjadi pemicu naiknya harga biodiesel. "Kenaikannya dipicu oleh harga rata-rata CPO," kata dia dikutip, Senin (28/1).
Meski begitu, harga HIP BBN Biodiesel Februari, masih lebih rendah dari tahun 2018 periode yang sama. Saat itu, harga Biodiesel mencapai Rp 7.962 per liter.
Di sisi lain, harga Bioetanol pada Februari justru turun menjadi Rp 10.235 per liter atau turun dibandingkan Januari yaitu sebesar Rp 10.274 per liter. Menurut Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, penurunan tersebut karena ada perubahan kurs rupiah. Sedangkan, Harga Tetes Tebu KPB rata-rata tidak mengalami perubahan sejak bulan Desember yaitu 1.611 per kg. "Hanya perbedaan kurs saja," kata dia, kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (28/1).
Untuk informasi, penghitungan harga Bioethanol menggunakan formula HIP = (Rata-rata tetes tebu KPB periode 3 bulan x 4,125 Kg/L) + US$ 0,25/liter. Sedangkan untuk biodiesel menggunakan formula HIP = (Rata-rata CPO KPB + 100 USD/ton) x 870 Kg/m3 + Ongkos Angkut.
(Baca: Harga Bahan Bakar Biodiesel Turun Imbas Kejatuhan Minyak Sawit)
Besaran ongkos angkut pada formula perhitungan harga Biodiesel mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri ESDM No. 350 K/12/DJE/2018. Indikator lainnya yakni konversi nilai kurs menggunakan referensi rata-rata kurs tengah Bank Indonesia periode 15 Desember 2018 s.d.14 Januari 2019.