Penyaluran Bahan Baku B20 ke Indonesia Timur Mundur Jadi Tahun Depan

Arief Kamaludin | Katadata
Biodiesel murni dan campuran solar dengan kadar 10 dan 20 persen.
19/11/2018, 21.35 WIB

Sejak, program mendatori B20 diterapkan sejak 1 September lalu, masih menghadapi beberapa kendala. Di antaranya adalah distribusi. Jadi ketersediaan kapal pengangkut minyak sawit sangat terbatas. Ini karena tidak sembarang kapal yang bisa mengangkut FAME. Harus ada spesifikasi khusus.

Kendala lainnya, adalah tidak semua Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) memiliki fasilitas pencampuran FAME dan Solar. "Ada beberapa perlu bantuan seperti tanki dan fasilitas pencampuran," kata Rida, di Jakarta, Jumat (26/10).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan salah satu penyebab penyaluran ke Indonesia bagian timur mundur karena terganjal izin. "Itukan tidak sekadar menaruh dari kapal ke floating storage, itu harus ada izinnya," ujar dia. 

Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) juga berpandangan sama.  "Ternyata tangki kapal belum dapat sertifikat dari Pertamina, setelah pengecekan aturan, harus ada," kata Ketua Harian Aprobi, Paulus Tjakrawan di Jakarta, Senin (19/11).

 (Baca: Ada Kebijakan B20, Impor Solar pada Oktober Malah Melonjak 78%)

Sementara itu, PT Pertamina (Persero) menyatakan kesiapannya menyewakan kapal kepada produsen bahan bakar nabati untuk mengirim FAME. Biayanya, akan mengikuti kebijakan pemerintah. "Itu keputusan pemerintah, yang jelas ada alokasi dana untuk kegiatan distribusi," kata Senior Vice President of Shipping Pertamina, Alfian Nasution di Jakarta, Senin (19/11).

Halaman: