Kembangkan Bioenergi, Pertamina Bangun Pabrik Katalis Pertama di RI

Pertamina
Penandanganan kerja sama pembangunan pabrik katalis oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Plt. Direktur Utama PT Pupuk Kujang Rita Widayati, dan Direktur Utama PT Rekacipta Inovasi ITB Alam Indrawan di Aula Barat, Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat, Rabu (29/7).
30/7/2020, 12.59 WIB

Pertamina terus berupaya mengembangkan produk-produk bioenergi. Salah satu caranya dengan membangun pabrik katalis.

Pertamina bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Pupuk Kujang membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia. Penandanganan kerja sama itu dilaksanakan di Aula Barat ITB, Jawa Barat, Rabu (29/7).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Plt. Direktur Utama PT Pupuk Kujang Rita Widayati, dan Direktur Utama PT Rekacipta Inovasi ITB Alam Indrawan secara langsung menandatangani kerja sama tersebut. Hadir dalam penandatanganan itu Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Kepala Pusat Rekayasa Katalisis ITB Prof. Dr. Ir. Subagjo, serta direksi Pupuk Kujang dan akademisi ITB.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan pemanfaatan new and renewable energy merupakan upaya pemerintah meningkatkan ketahanan energi nasional. Upaya tersebut juga bertujuan mengurangi impor bahan bakar.

Arifin menyebut ada tiga proyek strategis nasional terkait bioenergi, yaitu proyek D100 di Kilang Dumai, proyek biodiesel di Kilang Cilacap, dan pabrik katalis yang ditargetkan selesai 2021. "Marilah bersama-sama mendukung program strategis nasional demi ketahanan energi kita,” ujar Arifin dalam siaran pers Rabu (29/7).

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan penandatangan kerja sama BUMN dengan ITB merupakan peletakan pondasi agar perekonomian nasional ke depan lebih stabil. “Dengan pengembangan bioenergi, kita bisa mengurangi ketergantungan kepada impor BBM,” ujar Bambang.

Dirut Pertamina Nicke Widyawati menyatakan ketahanan energi nasional merupakan keharusan karena kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat. Dia pun menilai kebijakan pemerintah terkait transisi energi fosil ke energi baru terbarukan sangat tepat.

Menurut Nicke, ada perubahan tren penggunaan energi global di mana pertumbuhan energi baru terbarukan akan lebih tinggi dari energi fosil mulai dari 2030. Oleh Karena itu, Pertamina menyiapkan pabrik katalis bertajuk merah putih 10 tahun lebih cepat.

Hal itu untuk mengoptimalkan pengembangan bioenergi di Indonesia. “Dengan global megatrend ini, Pertamina telah menetapkan visi ke depan untuk transisi energi dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Sawit merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat banyak di Indonesia sehingga bioenergi yang akan kami kembangkan berbahan dasar sawit,” ujar Nicke.

Nicke menambahkan, pembangunan pabrik katalis ini sekaligus juga mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) industri migas dan industri kimia. Selain itu, banyak jenis katalis yang akan ditemukan dari pabrik tersebut.

“Target market-nya sudah ada, kami juga komitmen membuka kilang untuk uji coba, dan investasi di pabrik katalis merah putih. Mudah-mudahan ini semua bisa meningkatkan industri nasional dan menyerap tenaga kerja yang banyak,” ujar Nicke.