Pekan lalu LG Energy Solution, cabang usaha dari LG Chem asal Korea Selatan, telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia. Kerja sama tersebut dalam rangka membangun pabrik baterai lithium kendaraan listrik di Indonesia.
Juru bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan penandatanganan tersebut dilakukan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Hadir di sana Presiden LG Energy Solution Kim Jong-hyun dan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Sung Yun-mo.
Meskipun tanda tangan antara LG Energy Solution dengan pemerintah telah dilakukan, proses negosiasi perusahaan dengan PT Aneka Tambang Tbk masih berlangsung. Pembahasannya, menurut Jodi, masih berkutat pada struktur perusahaan patungan atau joint venture yang akan dibentuk. "Untuk lengkapnya bisa cek ke BKPM," kata Jodi, Rabu (23/12).
Katadata.co.id pun mencoba menghubungi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tapi tak mendapat respons. Hanya, Juru Bicara BKPM Tina Talisa meminta semua pihak menunggu proses diskusi rampung terlebih dahulu.
"Tunggu inforamasi resminya, sabar ya. Mohon dapat dipahami dan dimaklumi," katanya.
Proses diskusi Antam dan LG Chem masih berlangsung. Diskusinya terbilang alot lantaran perusahaan dikabarkan meminta kepemilikan saham tambang nikel Antam.
Saat diminta tanggapan mengenai hal tersebut, Sekretaris Perusahaan Indonesia Asahan Aluminium atau MIND ID Rendi A Witular pun memilih enggan berkomentar. "Mohon maaf saya belum bisa kasih tanggapan ya," katanya kemarin.
MIND ID merupakan induk usaha Antam. Sekretaris Perusahaan Antam Kunto Hendrapawoko pun tak menjelaskan secara jelas mengenai kabar tersebut.
Kunto mengatakan inisiasi pengembangan rantai industri baterai lithium-ion di Indonesia merupakan inisiasi yang dibangun oleh pemerintah. "Untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel nasional dan industrialisasi produk tambang hingga pembangunan ke sektor hilir," kata dia.
Hal ini merupakan langkah strategis yang saat ini dipersiapkan perusahaan untuk mewujudkan aspirasi pemerintah tersebut. Antam akan berupaya mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis.
Di sisi lain, Kunto menyatakan Antam juga memiliki portofolio nikel yang solid, serta kompetensi teknis dalam pengembangan hilirisasi produk olahan nikel. Saat ini Antam bersama MIND ID sedang melaksanakan tahap penjajakan dengan mitra-mitra strategis yang memiliki komitmen finansial yang solid, penguasaan teknologi dan proses pengolahan ekstraktif nikel baterai, serta memiliki basis pasar untuk produk baterai listrik.
Kebutuhan Baterai Akan Naik
Ia menyebut Antam bersama MIND ID memiliki komitmen dalam mendukung aspirasi pemerintah sejalan dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan skala bisnisnya. Pengembangan baterai nasional bersifat strategis. Permintaannya diperkirakan akan tinggi, baik dalam maupun luar negeri. Kesempatan ini akan menjadi prospek baik bagi Antam untuk memperkuat portofolionya.
Prediksi Pertamina Energy Institute, kebutuhan baterai akan naik dalam beberapa tahun ke depan. Dalam tiga skenario yang lembaga ini buat, langkah green transition akan meningkatkan kebutuhan kapasitas baterai dari 41 gigawatt jam (GWh) pada 2030 menjadi 198 gigawatt jam pada 2050.
Pada 2021, Antam akan fokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir. Termasuk di dalamnya, perluasan basis cadangan dan sumber daya, menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada. Kemudian menurunkan lebih lanjut cash cost dan meningkatkan daya saing biaya, serta peningkatan kinerja bisnis inti untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Sebagai informasi, MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) berencana akan membangun pabrik baterai. Komponen utama pembuatan baterai ini salah satunya adalah nikel. Indonesia merupakan pemilik cadangan komoditas tambang itu yang terbesar di dunia.
Dalam konsorsium tersebut ada dua perusahaan asing yang menyatakan minatnya bergabung dalam bisnis ini, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd asal Korea. Keduanya termasuk produsen baterai kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.
Namun, dari kedua perusahaan asing tersebut baru CATL yang bakal menggelontorkan investasi. Nilainya mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 71 triliun ke Indonesia.