Salah satu wujud keseriusan pemerintah mengembangkan proyek baterai mobil listrik di Indonesia adalah membentuk Indonesia Battery Corporation alias IBC. PT Timah Tbk menyatakan siap memasok kebutuhan baterai untuk mendukung rangkaian ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Direktur Utama Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan meski perusahaannya tak masuk dalam konsorsium bisnis baterai listrik, tapi timah berperan cukup strategis dalam mendukung proyek baterai RI.
Sehingga secara tidak langsung perusahaan pun akan terlibat. "Kami akan suplai kebutuhan apakah itu solder atau timah batangan jika dibutuhkan," kata dia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (6/4).
Pada tahun ini, perseroan menargetkan produksi bijih timah sebesar 30 ribu ton per tahun dan produksi logam mencapai 34 ribu ton. Tahun ini perusahaan menargetkan paling tidak penjualan timah minimal 31 ribu ton.
Guna mengejar target tersebut, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah Wibisono menjelaskan akan menggenjot kontribusi tambang laut. Untuk diketahui sumber bijih timah perusahaan berasal dari penambangan laut dan darat.
Untuk persentase di darat mempunyai kontribusi sebesar 70%. Sedangkan di tambang bawah laut sebesar 30%. "Kedepan, kami mendorong kontribusi laut itu akan meningkat sekitar 10%," ujarnya.
Pemerintah baru saja meresmikan holding baterai yang bernama Indonesia Battery Corporation yang terdiri dari empat perusahaan pelat merah. Keempatnya yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero).
Konsorsium bertujuan menyatukan kekuatan dari hulu hingga hilir. Pada 2030 pemerintah menargetkan kapasitas baterai akan ditingkatkan menjadi 140 gigawatt hour (GWh) dengan rencana ekspor sebanyak 50 gigawatt hour dari produksi tersebut.
Sisanya untuk keperluan industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dalam negeri. "Potensi EV ini besar sekali. Ada roda dua, produksinya 10 juta dan roda empat di atas 2 juta unit," ujar Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury.
Dalam Indonesia Battery Corporation, MIND ID bersama Antam berperan untuk menyediakan bijih nikel. Pertamina menjalankan bisnis manufaktur produk hilir meliputi pembuatan baterai cell, baterai pack, dan ESS.
Sedangkan PLN akan berperan dalam membuat sel baterai, penyediaan infrastruktur SPKLU, dan pengintegrasian sistem manajemen energi (energy management system/EMS). Porsi kepemilikan saham masing-masing BUMN ini adalah 25%.
Berbagai negara di dunia mulai beralih memanfaatkan kendaraan listrik. Sehingga permintaan untuk baterai pendukung kendaraan tersebut, yakni lithium ion pun meningkat. Perusahaan Tiongkok, Contemporary Amperex Technology (CATL) digadang-gadang mampu memproduksi baterai hingga 307 gigawatt hours (GWh) pada 2028 mendatang. Berikut produsen terbesar baterai lithium ion skala global: