Ekonom: Transisi EBT Jadi Kunci PLN Raih Pendanaan di Masa Depan

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
Petugas merawat panel surya yang terpasang di atap Gedung Direktorat Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM), Jakarta, Senin (24/5/2021). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan menjadi prioritas pemerintah dalam mengakselerasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai target untuk mencapai "net zero emission".
14/9/2021, 19.46 WIB

"Dan konversi sampah per tahun yang dibutuhkan bisa dibangun ekosistem dan pelakunya bisa melalui banyak UMKM menjadi pemasok bahan bakar pengganti batu bara sebanyak 10% tersebut," kata dia.

Apalagi teknologi konversi biomassa dan sampah menurut Iwa juga bukan teknologi yang tinggi, sehingga UMKM bisa turut terlibat menjadi pelaku usaha. Kalau saja 10% tersebut terpenuhi setiap tahunnya, Iwa pun optimis kontribusi terhadap capaian target 23% pada 2025 sangat mungkin tercapai.

Fokus Pada PLTS Atap Sudah Tepat

Bhima pun menilai keputusan pemerintah untuk memfokuskan transisi energi pada PLTS atap sudah tepat. Pasalnya, negara-negara lebih dulu melakukan transisi ini di dunia mengawalinya dengan meningkatkan porsi PLTS atap.

Menurut dia, setidaknya 55% dari pembangkit EBT yang terpasang secara global berasal dari solar photovoltaic (PV) atau panel surya. Kemudian disusul oleh angin 28% dan air 11%.

Dia mengakui harga instalasi EBT termasuk transmisi untuk keperluan sumber listrik sebelumnya memang mahal. Namun untuk saat ini, harga instalasi tersebut sudah lebih terjangkau karena banyaknya produsen baru yang inovatif dan membuat persaingan harga lebih efisien.

"Economies of scale dari produksi komponen EBT semakin besar, sehingga tidak ada alasan untuk beralih dari batu bara, misalnya ke energi solar PV," kata dia.

Selain itu, Bhima juga kurang setuju dengan anggapan bahwa pengembangan PLTS atap secara masif dapat merugikan keuangan PLN. Yang ada, pengembangan PLTS atap juga memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang luas.

Seperti menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih banyak dari energi fosil. Jika penciptaan tenaga kerjanya lebih besar, pada ujungnya pendapatan masyarakat akan meningkat dan konsumsi listriknya akan naik.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan