Permintaan PLTS Seret, Produsen Modul Surya Domestik Terancam Bangkrut

ANTARA FOTO/Aloysuis Jarot Nugroho/rwa.
Petugas membersihkan panel surya yang digunakan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Teras, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (26/10/2022).
21/3/2023, 18.59 WIB

Langkah pemerintah untuk meningkatkan kapasitas PLTS untuk mencapai target bauran energi terbarukan 23% pada 2025, kembali membawa angin segar kepada industri panel surya. Pemerintah memasang target kapasitas PLTS atap 3,61 gigawatt (GW), PLTS terapung sebesar 26,65 GW, serta PLTS skala besar 4,68 GW sampai dengan 2030.

Linus berharap pemerintah lebih serius untuk merealisasikan perencanaan tersebut, khusunya pada implementasi pengembangan 3,61 GW PLTS atap. Keseriusan pemerintah dinilai bisa membangkitkan animo perusahaan modul surya untuk kembali berproduksi.

“Harapan kami PLTS atap ini bisa terealisasi, kami mau modernisasi mesin pabrik karena ini teknologi tahun 2013, sudah ketinggalan zaman,” ujar Linus. Menurut Linus, usia ketahanan mesin hanya bertahan maksimum hingga 6 tahun. Angka yang lebih rendah bisa terjadi pada perusahaan yang mesin pabriknya tidak pernah digunakan.

Invetasi yang dibutuhkan oleh pelaku usaha sebesar Rp 20 miliar untuk membangun pabrik modul surya berkapasitas 100 MW per tahun. Angka ini lebih tinggi 300% dari nilai investasi pembangunan pabrik modul surya pada tahun 2013.

“Sekarang dibutuhkan adalah market-nya. Kalau market nya tidak ada, susah bangun pabrik karena lembaga keuangan sulit kasih pinjaman pendanaan,” kata Linus.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu