Listrik untuk EV Masih dari PLTU, Luhut: Tak Bisa Segera Dimatikan

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.
Pemilik mobil mengisi ulang baterai kendaraan listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di halaman Kantor PLN Unit Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan (UP3) Malang, Jawa Timur, Selasa (11/7/2023).
Penulis: Nadya Zahira
14/9/2023, 16.14 WIB

Pemerintah tengah menggenjot penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia guna mengurangi emisi dari sektor transportasi dan mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. Namun sumber listrik untuk mengisi daya baterai mobil listrik masih bersumber dari PLTU batu bara.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan transisi energi akan dilakukan secara bertahap dan harus ada keseimbangan. Sehingga pemerintah tidak bisa langsung mematikan PLTU.

Pasalnya, PLTU berperan sebagai base load atau penopang beban dasar kelistrikan Indonesia. “Base load ini jangan diganggu dengan cepat,” ujar Luhut saat ditemui usai acara Seminar Nasional IKAXA, Jakarta, Kamis (14/9).

Luhut mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan polusi udara yang ada di Indonesia akibat PLTU. Dia menyebutkan emisi karbon di Indonesia baru sekitar 2,3 ton per kapita. Sedangkan Amerika sudah mencapai 14-15 ton per kapita, dan rata-rata dunia 4,5 ton per kapita. “Jadi kita masih punya ruang untuk masuk,” ujarnya.

Untuk itu, Ia berencana mempercepat proses elektrifikasi kendaraan di dalam negeri. Luhut mengatakan kontributor terbesar polusi di Jabodetabek khususnya di DKI Jakarta adalah emisi dari sektor transportasi. "Kami percepat proses EV dan pengecekan emisi daripada mobil dan motor, sudah mulai dilakukan," katanya.

Sebelumnya, Luhut mengatakan bahwa pemerintah juga berencana untuk menutup pembangkit energi di pabrik-pabrik milik swasta. Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi penurunan polusi DKI Jakarta.

Luhut mengatakan pemerintah kini mengidentifikasi pembangkit energi swasta di Jakarta dan sekitarnya. Nantinya seluruh pembangkit listrik captive tersebut akan digantikan dengan pasokan listrik dari PLN. "Kami kasih insentif ke pemilik pembangkit energi privat untuk menggunakan energi dari PLN, ini lagi dibicarakan," ujarnya.

Luhut mengatakan pabrikan yang memiliki pembangkit energi privat dapat membeli listrik murah dari PLN. Namun, perhitungan tarif listrik khusus tersebut sedang dihitung oleh PLN dan Kementerian BUMN. Saat ini PLN masih memiliki kelebihan kapasitas atau oversupply listrik yang tidak terserap sekitar 4 gigawatt (GW).

Di samping itu, pemerintah berencana akan membangun industri pembuat kabut di DKI Jakarta. Pembuat kabut adalah mesin yang dipasang di atas gedung pencakar langit dan membuat uap air.

Akan tetapi, Luhut mengakui pemasangan pembuat kabut tersebut tidak bisa dilakukan dengan cepat. Hal tersebut disebabkan oleh pemenuhan minimum aturan konten lokal di dalam negeri atau sebesar 40%.

Reporter: Nadya Zahira