PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memproduksi green hydrogen melalui Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia, yang berlokasi di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Jakarta. Pabrik hidrogen hijau atau GHP yang dikembangkan melalui subholding PLN Nusantara Power ini mampu memproduksi hingga 51 ton hidrogen per tahun.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, adanya GHP pertama di Indonesia ini merupakan buah komitmen PLN untuk mendukung upaya pemerintah dalam melakukan transisi energi. Menurut dia, hidrogen hijau ke depannya akan menjadi energi alternatif.
"Ke depan GHP yang ada ini akan kami kembangkan di pembangkit-pembangkit kami, khususnya yang sejenis, sehingga produksinya bisa semakin besar,” ujar Darmawan, melalui keterangan resmi yang diterima Katadata.co.id, Selasa (10/10).
Darmawan mengatakan, GHP yang dikembangkan PLN Nusantara Power (NP) merupakan hasil inovasi PLN dalam menjawab tantangan transisi energi dengan memaksimalkan aset yang ada. Dia menuturkan, inovasinya terus akan dilakukan untuk menghasilkan nilai tambah bagi negara dan perusahaan.
"Kami melihat potensi hydrogen plant yang bisa menghasilkan green hydrogen, mampu memberikan nilai tambah dan prospek pengembangan bisnis ke depan," ujarnya.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, merinci selama ini korporasinya telah menghasilkan grey hydrogen dari hydrogen plant yang telah beroperasi. Namun, dengan adanya penggunaan solar PV dan didukung oleh Renewable Energy Certificate (REC), PLN NP telah memiliki GHP pertama di Indonesia.
Dia menjelaskan, PLN NP mampu menghasilkan 100% hidrogen hijau sebesar 51 ton per tahun. Produksi tersebut memanfaatkan beberapa electrolyzer dengan konsumsi energi 2.795 Megawatt Hour (MWh) per tahun,
"Melalui pemanfaatan PLTS yang telah terpasang di PLTGU Muara Karang, kami menjadikan hidrogen ini berjenis hijau dan bebas emisi CO2, jadi hidrogen hijau ini murni 100% dari Energi Baru Terbarukan (EBT),” ujar Rully.
Ruly mengatakan PLN NP juga akan mengembangan green hydrogen storage yang bisa menyimpan hasil hidrogen hijau tersebut sehingga nantinya dapat dimanfaatkan di kemudian hari.
Game Changer Transisi Energi
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi, menilai kehadiran GHP tersebut menjadi sebuah inisiasi yang tepat untuk mendukung upaya pengembangan energi bersih di Indonesia. Hal itu mengingat Indonesia memiliki target untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
"Kami awalnya berpikir untuk bisa menghasilkan hidrogen hijau ini akan butuh waktu yang lama, memakai panas bumi, solar panel. Ternyata inovasi yang dilakukan oleh PLN mampu mempercepat produksi green hydrogen di Indonesia," ucap Yudo.
Dia menjelaskan, hidrogen hijau merupakan game changer terhadap tantangan transisi energi. Yudo menilai ke depan, penggunaan hidrogen hijau sebagai bahan bakar alternatif akan dibutuhkan banyak industri.
Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah merampungkan peta jalan hidrogen nasional dan amonia hijau hingga 2060. Dokumen ini akan memuat regulasi, standar, infrastruktur, teknologi, hingga soal permintaan dan penawaran.