AS Umumkan Komersialisasi Tenaga Listrik Fusi Nuklir di COP28

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/Spt.
Anggota PMI Jakarta Timur bersama relawan mengikuti kampanye perubahan iklim saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (19/11/2023). Kampenye tersebut untuk meningkatkan kesadaran warga serta mengedukasi mengenai ancaman perubahan iklim.
21/11/2023, 08.56 WIB

Amerika Serikat akan memaparkan strategi internasional pertama untuk mengkomersialkan tenaga fusi nuklir pada KTT iklim PBB atau COP28 di Dubai pada 30 November hingga 12 Desember.

Fusi mempunyai keuntungan penting dibandingkan pembangkit fisi nuklir yang memecah atom, karena tidak menghasilkan limbah radioaktif yang bertahan lama. Jika berhasil diterapkan, hal ini juga dapat menyediakan sumber listrik murah dan bebas karbon.

Utusan Khusus AS untuk Perubahan Iklim John Kerry akan mengumumkan rencana tersebut untuk menyusun strategi yang diperkirakan akan menjalin kerja sama dengan negara-negara lain. Hal itu bertujuan untuk mempercepat komersialisasi perusahaan fusi Commonwealth Fusion Systems di dekat Boston. Inggris dan Amerika Serikat telah menandatangani perjanjian kerja sama mengenai fusi pada 8 November.

Kerry, yang sebagai senator AS lebih dari satu dekade lalu mendukung undang-undang yang akan mendanai penelitian fusi di Massachusetts Institute of Technology. Dia akan melakukan tur ke negara persemakmuran bersama Claudio Descalzi, CEO perusahaan energi Italia Eni (ENI.MI). Eni sedang mengerjakan empat kemitraan penelitian fusi di Italia dan AS, termasuk satu kemitraan dengan Persemakmuran.

“Saya akan menyampaikan lebih banyak hal mengenai visi Amerika Serikat untuk kemitraan internasional demi masa depan energi fusi yang inklusif di COP28,” kata Kerry dikutip dari Reuters, Selasa (21/11).

Dia mengatakan, AS telah berinvestasi selama puluhan tahun untuk mengubah fusi dari sebuah eksperimen menjadi solusi iklim. Namun, ada kendala dalam produksi listrik komersial melalui fusi nuklir. Ilmuwan memperkirakan produksi energi dari eksperimen fusi tahun lalu di Fasilitas Pengapian Nasional AS hanya sekitar 0,5% dari energi yang digunakan untuk menembakkan laser.

Hambatan pengembangan Fusi juga terjadi dalam hal peraturan, konstruksi, dan penentuan lokasi dalam menciptakan armada pembangkit listrik baru untuk menggantikan bagian-bagian sistem energi yang ada.

Beberapa kritikus mengatakan fusi akan memakan biaya yang terlalu mahal dan memerlukan waktu yang lama untuk dikembangkan guna membantu memerangi perubahan iklim di masa mendatang.

Sebuah sumber yang mengetahui rencana pengumuman tersebut mengatakan bahwa strategi fusi akan menjadi kerangka kerja yang menjabarkan rencana penerapan teknologi secara global. Hal ini diharapkan dapat memperoleh dukungan dari mitra internasional.

Meskipun para ilmuwan mengatakan transisi energi merupakan kebutuhan mendesak untuk melawan perubahan iklim, investasi di banyak sektor bisnis energi ramah lingkungan telah melambat tahun ini karena ketidakpastian ekonomi dan inflasi.

Pada 2023, perusahaan fusi internasional telah mengumpulkan sekitar US$ 1,4 miliar investasi dengan total sekitar US$ 6,21 miliar sebagian besar merupakan dana swasta, kata Asosiasi Industri Fusion (FIA). Jumlah itu turun dari sekitar US$ 2,83 miliar investasi baru tahun lalu.

Namun jumlah perusahaan yang mendapatkan investasi meningkat menjadi 43 dari 33, yang mencakup belasan negara, menurut FIA, termasuk AS, di mana Commonwealth adalah salah satu dari sekitar 25 perusahaan. Negara-negara lain yang melakukan fusi adalah Australia, Tiongkok, Jerman, Jepang, dan Inggris.