Indonesia ditargetkan menjadi pusat hidrogen hijau regional dengan mengekspor ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Hal itu didukung oleh lokasi Indonesia yang strategis di dekat salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, yakni Selat Malaka.
“Indonesia memiliki posisi yang baik untuk mengekspor hidrogen ramah lingkungan ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan sekitarnya,” ujar Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan (EBT), Andriah Feby Misna, melalui keterangan resmi, dikutip Rabu (13/12).
Dia mengatakan, Pemerintah Indonesia tengah fokus mengembangkan energi baru terbarukan khususnya hidrogen dan amonia. Hal itu tercantum dalam peta jalan transisi energi menuju target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Menurut Feby, pemerintah Indonesia juga telah menerbitkan Strategi Hidrogen Nasional untuk memandu para pemangku kepentingan mengenai pemanfaatan hidrogen di masa depan di negara ini.
“Saat ini pemerintah juga sedang mempersiapkan Peta Jalan Hidrogen Nasional dengan target rinci dan rencana aksi tahunan hingga tahun 2060,” ujarnya.
Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan hidrogen di dalam negeri. Kolaborasi dua negara ini sudah ditandatangani sejak Maret 2023 lalu, antara Kementerian ESDM RI dengan Departemen Perdagangan AS.
Potensi Hidrogen di Indonesia
Sejumlah perusahaan energi sudah mulai mengoperasikan proyek hidrogen hijau di Indonesia. Proyek tersebut di antaranya 21 Pabrik Hidrogen Ramah Lingkungan yang baru saja diluncurkan PT PLN Persero pada November 2023.
Pasokan listrik pembangkit hidrogen hijau ini berasal dari Solar PV dan Renewable Energy Certificate (REC) sebesar 4,6 Megawaat/peak (MWp) Solar PV.
“Angka tersebut setara dengan 6.780 Megawatt/hour (MWh) per tahun dan pasokan REC dari berbagai pembangkit listrik terbarukan sebesar 9.535 MWh REC,” kata Feby.
Feby mengatakan, 21 pabrik hidrogen tersebut dapat menghasilkan 199 ton H2/tahun yang digunakan secara internal sekitar 75 ton/tahun. Sementara kelebihan 124 ton/tahun dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Selain itu, terdapat beberapa proyek hidrogen lainnya yang sedang berjalan di Indonesia. Ini termasuk hidrogen hijau dari tenaga surya di Sumba Timur, pabrik hidrogen menggunakan pembangkit listrik tenaga air besar di Kalimantan Utara dan Papua, serta proyek percontohan di Ulubelu yang memanfaatkan kondensat panas bumi.
Sebagai informasi, saat ini hidrogen telah dimanfaatkan di Indonesia pada sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini berkisar 1,75 juta ton per tahun, sesuai dengan Laporan IEA tahun 2022, dengan pemanfaatan didominasi oleh urea (88%), amonia (4%), dan kilang minyak (2%).
Diharapkan kedepannya pemanfaatan Hidrogen dan ammonia di Indonesia dapat terus berkembang sehingga dapat membantu untuk mengurangi ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil.