Pertamina Andalkan Dekarbonisasi Kilang untuk Capai Target NZE

Pertamina
Dari kiri ke kanan: Corporate Strategy and Development Bukit Asam Yeano Andhika, Dirut KPI Taufik Adityawarman, dan Dirut ID Survey Arisudono Soerono dalam sesi diskusi bertema "Collective Actions in Decarbonization to Support the Achievement of NDC and Net Zero Emission" pada COP28 di Dubai, UEA, Minggu (3/12/2023).
Penulis: Hanna Farah Vania - Tim Publikasi Katadata
14/12/2023, 13.19 WIB

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan dekarbonisasi kilang untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060. Sejak tahun 2010 hingga 2022, tercatat pengurangan emisi perseroan mencapai 3,3 juta ton CO2eq.

“Target kami adalah mengurangi emisi kilang sampai 32,4 persen pada 2030,” ujar Chief Executive Officer KPI Taufik Aditiyawarman saat diskusi bertema “Collective Actions in Decarbonization to Support the Achievement of NDC and Net Zero Emission Target” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28, ditulis Kamis (14/12).

Pada ajang yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab itu Taufik menjelaskan tiga strategi utama KPI untuk mewujudkan dekarbonisasi. Pertama, efisiensi energi dan inisiatif bisnis hijau. Efisiensi energi ini dilakukan terutama karena enam kilang minyak milik KPI sudah berusia tua. Proses rejuvenasi dan revamping dilakukan menggunakan teknologi yang lebih efisien energi.

Perseroan meminimalisasi gas suar, memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk bahan bakar, serta melakukan kontrol proses lanjutan atau advanced process control (APC). Teknik ini menjaga kualitas produk sekaligus menekan jejak karbon. Selain itu, KPI membuat produk rendah sulfur yang memenuhi standar Uni Eropa, yakni 10 bagian per juta (ppm) sulfur.

Lalu, ada pula strategi pemanfaatan bahan bakar netral karbon dan penggunaan kilang untuk produksi biodiesel. “Kami mengubah beberapa kilang di Cilacap untuk memproduksi diesel terbarukan dengan campuran biodiesel 40 persen,” ucap Taufik. KPI mengembangkan biodiesel dengan campuran 40 persen bioavtur.

KPI mampu memproduksi 1,05 juta barel minyak per hari dengan persebaran kilang di enam lokasi di Indonesia. Taufik mengungkapkan, kilang terintegrasi di Cilacap, Jawa Tengah, mampu mendorong pengembangan EBT. KPI juga berkolaborasi dengan beberapa pelaku industri untuk mengembangkan amonia biru. Aktivitas ini dilakukan di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.

“Kami punya kilang minyak dan kilang hijau yang memproduksi 3 ribu barel per hari hydrogenerated vegetable oil dan 9 ribu barel per hari sustainable aviation fuel,” katanya.

Selain itu, perseroan mengembangkan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS). Teknologi ini memungkinkan KPI menangkap karbon, lalu memprosesnya di lokasi penyimpanan.

Strategi lainnya adalah pengelolaan nature-based solution (NBS) melalui reforestasi di wilayah kerja kilang serta penanaman bakau. Perdagangan karbon juga menjadi salah satu strategi dekarbonisasi.

Taufik menjelaskan, Kilang Cilacap kini menjadi wilayah terintegrasi. Di dalamnya ada kilang minyak, pabrik petrokimia, pabrik minyak pelumas, dan kilang hijau tahap satu. Ke depannya, akan ada pabrik diesel hidrogen, kilang hijau tahap dua, dan kelompok pabrik minyak pelumas.

Kawasan ini nantinya akan dilengkapi dengan area konservasi bakau. “Ini adalah contoh kawasan kilang yang nantinya akan mengembangkan bahan baku yang lebih berkelanjutan,” katanya.

Seluruh strategi ini ditujukan demi mewujudkan target emisi nol bersih. Strategi ini dilakukan tanpa melupakan konsep sosial, lingkungan, dan tata kelola atau ESG sebagai dasar aksi perseroan. Saat ini perseroan memiliki peringkat risiko ESG 24,2 (medium rating) dari Sustainalytics. Angka ini akan terus diupayakan agar makin menurun.

Tingginya Emisi dan Potensi EBT Sektor Kelautan

Technical Officer International Maritime Organisation (IMO) Camille Bourgeon menambahkan, organisasinya telah membuat Strategi Gas Rumah Kaca IMO 2023. Strategi ini merupakan bukti komitmen dekarbonisasi dari pelaku sektor kelautan global.

Pada tahun 2030, IMO menargetkan 5 persen emisi gas rumah kaca dari sektor pelayaran. Target itu akan terus meningkat hingga menjadi nol emisi pada 2050. “(Sektor) pelayaran menghasilkan hampir 30 persen emisi global. Cukup signifikan, sehingga kita tidak bisa mengabaikannya,” kata Bourgeon.

Ia menilai, Indonesia memiliki rantai pasok ekosistem kelautan yang lengkap dan memiliki kondisi geografis yang unik. Bourgeon berharap, perusahaan yang memanfaatkan sumber daya maritim di Indonesia bisa saling bersinergi dengan dunia internasional untuk mewujudkan dekarbonisasi dari sektor kelautan.

Tak hanya digunakan sebagai jalur lintasan untuk kapal berlayar, lautan Indonesia pun kaya akan potensi pengembangan EBT. Utusan Khusus Global Blended Finance Alliance Mari Elka Pangestu mengatakan, sebagai negara yang dilintasi jalur Cincin Api, Indonesia punya potensi geotermal sebesar 23 gigawatt yang bisa dimanfaatkan.

Salah satu cara untuk memaksimalkan potensi ini adalah melalui pendanaan campuran. Dalam hal ini, Indonesia sudah menerapkan pendanaan berkelanjutan untuk transisi energi. Selain itu, kebijakan terkait tarif EBT, pensiun dini pembangkit listrik batu bara, serta perdagangan karbon juga dapat mempermudah pengembangan geotermal.

Dalam sesi ini, turut hadir Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Enery Tbk Julfi Hadi, Direktur Strategi PT Pelabuhan Indonesia Prasetyo, Direktur Pengembangan Bisnis PT PLN Nusantara Power Muhamad Reza, dan Corporate Strategy and Development PT Bukit Asam Tbk Yeano Andhika.

Para panelis menceritakan beragam inovasi yang telah dilakukan untuk melakukan dekarbonisasi, sekaligus melihat peluang EBT. Mereka juga bersepakat bahwa kolaborasi, dukungan pendanaan, serta regulasi dari pemerintah dapat mempercepat terwujudnya dekarbonisasi dan pemanfaatan EBT di Indonesia.