Direktur dan Founder Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan hasil riset potensi dampak pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) terhadap output perekonomian nasional, salah satunya dari sisi ketenagakerjaan. Pensiun dini PLTU berpotensi membuka green jobs bagi 600.000 orang.
Seperti diketahui, pemerintah berencana melakukan pensiun dini pada PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu. Pemerintah juga telah mencanangkan PLTU Suralaya di Provinsi Banten akan disuntik mati.
Riset CELIOS menggunakan dua skenario yang menggunakan permodelan penghitungan menggunakan IRIO ( Interigional Input-Output) pada ketiga PLTU tersebut. Dalam skenario pertama di mana pemerintah hanya melakukan pensiun dini PLTU tanpa ada pembangunan pembangkit energi terbarukan (EBT) maka akan berdampak kepada pengurangan pekerja sebanyak 14.022 orang.
Dalam skenario kedua, apabila pemerintah melakukan pensiun dini PLTU dan percepatan pembangunan EBT justru akan membuka lapangan kerja hingga 639.269 orang.
“Tapi kalau skenario kedua dimasukkan, itu justru 639.269 orang yang akan terimbas adanya efek berganda dari penciptaan lapangan pekerjaan," kata Bhima dalam Diseminasi Temuan Riset CERAH & CELIOS, di Hotel Mercure, Jakarta Pusat, Kamis (25/1).
Bhima mengatakan penutupan PLTU lebih dini tanpa ada pengembangan pembangkit EBT akan berdampak meningkatnya kemiskinan imbas hilangnya mata pencaharian warga.
"Biasanya banyak yang bilang, hati-hati menutup PLTU orang banyak yang bisa miskin, belum kita menghitung pekerja di sektor informal berapa banyak yang pengangguran berkorelasi dengan kemiskinan," kata dia.
Dengan skenario pertama, pensiun dini PLTU akan menambah penduduk miskin sebanyak 3.373 orang. Sementara dengan skenario kedua, penduduk miskin akan berkurang hingga 153.755 orang.
Pensiun Dini PLTU yang Disertai Pengembangan EBT akan Naikkan PDB
Bhima mengatakan pensiun dini PLTU juga dapat menaikkan produk domestik bruto (PDB) nasional dan daerah. Ia menuturkan dengan menggunakan skenario kedua, PDB akan naik Rp 82 triliun.
“Untuk modelling kedua tiba-tiba angkanya positif, karena skenarionya adalah tutup PLTU tapi membangun energi terbarukan di wilayah yang sama, hasilnya secara nasional langsung jadi Rp 82 triliun positif,” kata Bhima.
Begitu juga potensi pertumbuhan ekonomi per daerah. Menurut skenario kedua, di Jawa Barat akan terjadi kenaikan PDB hingga Rp 7,4 triliun dan Banten mencapai Rp 1,9 triliun.
"Kalau ada yang bertanya bagaimana menumbuhkan ekonomi terutama di wilayah yang sumber pendapatan dan ekonomi dari PLTU, ya matikan cepat PLTU, lalu instalansi EBT dan transmisi dibangun, asal energi yang tidak berbasis solusi semu," ucapnya.
Namun, kondisinya akan berbeda apabila pemerintah hanya melakukan pensiun dini PLTU tanpa adanya pembangunan EBT. Maka, akan terjadi penurunan PDB hingga Rp 4 triliun.
“Kalau kita mematikan ketiga PLTU tadi, efeknya adalah di nasional secara output ekonomi bisa menurunkan PDB sampai Rp 4 triliun atau Rp 3,9 triliun lebih,” ujar dia.
Kemudian, dampak pensiun dini PLTU dalam skenario pertama juga akan menimbulkan potential loss PDB hingga Rp 1,2 triliun di Jawa Barat, dan Banten Rp 930 miliar.