Goldman Sachs Prediksi Harga Baterai Kendaraan Listrik Turun 40%

ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Aeropolis, Kota Tangerang, Banten, Rabu (25/5/2022). SPKLU tersebut merupakan SPKLU kelima di Banten yang dibangun PT PLN (Persero) untuk menjamin kebutuhan pengisian baterai pengguna kendaraan listrik di daerah tersebut sekaligus menjadi bentuk dukungan terhadap program pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca sebagai kontribusi pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
21/3/2024, 11.46 WIB

Goldman Sachs, perusahaan jasa keuangan asal Amerika Serikat (AS), memproyeksikan bahwa harga baterai kendaraan listrik/electric vehicle (EV) akan anjlok hampir 40%.  Kondisi itu akan berdampak pada penurunan harga kendaraan listrik.

Laporan lembaga tersebut mengatakan, baterai berkontribusi sekitar sepertiga dari biaya kendaraan listrik. Adanya penurunan harga baterai yang lebih rendah ini dapat membantu memacu permintaan untuk mobil listrik.

Menurut Goldman Sachs, penurunan harga baterai ini berkat jatuhnya harga mineral kritis dan kemajuan teknologi baterai.

“Penurunan hampir 40% dalam harga baterai antara tahun 2023 dan 2025,” dikutip dari laman Goldman Sachs, Kamis (21/3).

Menurut data Goldman Sachs, rata-rata harga baterai kendaraan listrik global adalah US$ 141,1 atau setara dengan Rp 2.209.826 (kurs Rp 15.5611) per kilowatt-hour (kWh) pada 2020. Harganya kemudian sempat naik sampai 2023, tapi diproyeksikan turun mulai 2024 hingga mencapai US$ 86, atau setara dengan Rp 1.346.881 per kWh pada 2030.

Teknologi Pengemasan Baterai Lebih Baik

Kepala Riset Energi Bersih Goldman Sachs, Nikhil Bhandari, mengatakan pihaknya juga memperkirakan kendaraan listrik akan mencapai 50% dari penjualan mobil di AS dan 68% di Eropa pada 2030.

Pasalnya, produsen kendaraan listrik juga mulai menemukan cara untuk menyederhanakan pembuatan baterai melalui inovasi terkait struktur yang memungkinkan pengemasan yang lebih baik dan lebih sederhana. Selain itu, penggunaan bahan, seperti silikon, yang dapat mengurangi waktu pengisian dan meningkatkan kepadatan energi.

Produsen kendaraan listrik mulai menggunakan Inovasi besar seperti baterai solid-state, sebagai lawan dari menggunakan elektrolit cair seperti pada baterai saat ini. Hal ini dapat  menjadi game changer bagi industri.  Pasalnya, baterai solid-state memungkinkan pembuat mobil untuk mengemas lebih banyak energi, dengan jumlah berat yang sama, daripada baterai konvensional.

"Kami telah mencapai cukup banyak dalam hal inovasi agar EV memiliki adopsi berbasis luas yang didorong oleh ekonomi, Kami juga membutuhkan peningkatan lebih lanjut - khususnya, inovasi terkait struktur baterai, serta komersialisasi teknologi generasi berikutnya termasuk baterai solid-state,” kata Bhandari.

Indonesia Siap Produksi Baterai EV

Di Indonesia, PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power yang berbasis di Karawang, Jawa Barat, akan memulai produksi komersial baterai kendaraan listrik pada bulan April 2024. Momentum ini menandai Indonesia sebagai negara produsen sel baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara.

Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, mengatakan pembangunan pabrik kendaraan baterai tersebut akan dibagi menjadi dua fase. Pertama, PT HLI menyerap investasi sebesar US$ 1,1 miliar untuk membangun pabrik berkapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh).

" Ini terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150.000 kendaraan listrik," kata Bahlil saat konferensi pers di Jakarta, Senin (18/3).

Sementara pada fase kedua, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh pada 2025.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah melakukan groundbreaking pabrik PT HLI Green Power di Kabupaten Karawang pada 15 September 2021. Jokowi juga sempat meninjau kembali pabrik tersebut pada 14 September 2023.

Sebelumnya, Staf Khusus Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tina Talisa mengatakan pemerintah ingin fokus mengembangkan hilirisasi. Maka dari itu, pemerintah memberikan perhatian khusus setelah dilakukan groundbreaking pada bulan September tahun 2021 lalu. 

 

Reporter: Rena Laila Wuri