PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) masuk ke dalam FTSE Global Equity Index, large cap periode Juni 2024. Pengumunan FTSE Russel tersebut menyebutkan, ini akan efektif pada Senin 24 Juni 2024.

Corporate Secretary Barito Renewables Merly menyatakan, masuknya BREN ke dalam FTSE Global Equity Index merupakan bentuk dari kepercayaan pasar terhadap strategi bisnis jangka panjang. Yang mana, perusahaan siap mendukung transisi energi menuju net zero.

“Hal ini juga merupakan apresiasi dari pasar terhadap langkah-langkah ekspansif yang dilakukan BREN, di antaranya akuisisi pembangkit tenaga angin yang merupakan diversifikasi dari portfolio panas bumi kami,” katanya melalui keterangan tertulis, Senin (27/5).

Mengutip situs FTSE Russel, FTSE Global Equity Index merupakan indeks bergengsi yang digunakan investor dalam mengambil keputusan investasi. Indeks ini mencakup total 19.000 perusahaan publik dengan market cap besar, menengah, kecil dan mikro di 49 negara termasuk negara berkembang.

FTSE Russel juga memberikan insights kepada investor dalam mengatur konsentrasi dan diversifikasi portfolio investasi mereka.

Penambahan BREN ke dalam FTSE Global Equity Index ini menegaskan komitmen BREN dan sejalan dengan pengembangan bisnis dan strategi perusahaan. Pada awal tahun ini, melalui Barito Wind, BRENn menambah portfolio energi terbarukan dengan mengakuisisi pembangkit listrik tenaga angin Sidrap 1 dengan kapasitas 75 MW.

Merly mengimbuhkan, Barito Wind juga mengakuisisi aset dalam pengembangan akhir (late-stage), Sidrap 2 dengan kapasitas potensial sebesar 69 MW, yang tender-nya direncanakan berlangsung pada semester kedua 2024.

Ia juga mengutarakan, melalui anak usaha di sektor panas bumi yaitu Star Energy Geothermal, perusahaan konsisten melakukan langkah-langkah operasional strategis untuk meningkatkan kapasitas di unit Salak, Darajat dan Wayang Windu melalui program retrofit.

Selain melalui program tersebut, dilakukan pula penambahan unit baru yang berpotensi meningkatkan kapasitas sebesar 116 MW. Infrastruktur ini diharapkan akan mulai beroperasi pada 2025 sampai dengan 2027. Hal ini akan membawa kapasitas panas bumi dari 886 MW saat ini menjadi 1.002 MW nantinya.