Singapura Tarik Pajak Bioavtur, Harga Tiket Pesawat ke RI Bakal Naik

Pertamina
Ilustrasi bioavtur.
Penulis: Mela Syaharani
4/7/2024, 12.11 WIB

Kementerian ESDM mengatakan akan ada potensi kenaikan harga tiket pesawat yang berangkat dari Bandara Changi Singapura ke Indonesia per 1 Januari 2026. Hal ini lantaran negara tersebut mengenakan pajak bioavtur sebesar 1%.

“Ketika pesawat kita pulang dari Changi lebih mahal karena sudah mewajibkan 1% bioavtur, dan harga bioavtur dibebankan ke tiket penumpang,” kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi dalam acara Green Economy Expo di Jakarta pada Kamis (4/7).

Bioavtur merupakan bahan bakar pesawat terbang yang berbahan dasar campuran avtur dan minyak kelapa sawit. Eniya menegaskan keputusan pembebanan harga tiket tersebut sepenuhnya ada di Singapura. “Tapi kita akan terdampak dengan ini,” ujarnya.

Eniya mengatakan kondisi ini harus dilihat sebagai suatu potensi bisnis yang perlu dipersiapkan. “Jadi sekarang sudah global situasinya itu saling berkaitan,” ujarnya

Mengenai bioavtur, Eniya mengatakan Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa digunakan namun hingga saat ini belum bisa dimanfaatkan sebab belum memenuhi seluruh standar internasional.

Eniya mengatakan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) telah membuat peta jalan mengenai bioavtur, di mana Indonesia akan fokus untuk penggunaan bioavtur berbahan dasar minyak sawit atau palm oil based.

Setelah itu, akan beralih untuk mengembangkan bioavtur dengan campuran minyak jelantah atau used cooking oil. “Kita sebetulnya punya used cooking oil banyak banget, tapi belum terkontrol. Nanti mungkin akan ada regulasi yang bisa mengontrol,” kata dia.

Selain itu, Eniya mengatakan pihaknya juga sedang melakukan kajian untuk sumber lain yang berpotensi digunakan untuk bahan bioavtur.

Selain minyak jelantah dan sawit, sebelumnya Kemenkomarves mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah merancang peta jalan pemanfaatan bahan baku minyak kelapa untuk diolah menjadi bioavtur.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Dida Gardera, mengatakan bahwa kelapa saat ini menjadi komoditas Indonesia yang potensial untuk diteliti dan kembangkan lagi menjadi bioenergi.

“Ada (peta jalan) sedang berjalan, kalau nanti sudah hampir 100% matang, akan kami komunikasikan,” ujar Dida di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis (7/3).

Menurut Dida, saat ini sudah ditemukan adanya potensi kelapa untuk diolah menjadi bioavtur. Di setiap pohon kelapa, ada sekitar 20-30% buah kelapa yang tak layak konsumsi. Buah kelapa itu lah yang dapat dimanfaatkan menjadi bioavtur.

“Ternyata ada potensi juga dari kelapa. Justru kelapa ini dari kelapa yang reject," ujarnya. Dia menilai inovasi energi semacam itu harus terus didukung dan dikembangkan lagi. Pengolahan kelapa menjadi bioavtur ini sebaiknya juga dilakukan di dalam negeri.

Reporter: Mela Syaharani