Bos Pertamina Sebut Geothermal Jadi Opsi Terbaik Kejar Target Bauran EBT

Media Center ISF 2024
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, saat menjadi pembicara dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Kamis (5/9).
5/9/2024, 13.43 WIB

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan energi panas bumi atau geothermal menjadi pilihan terbaik untuk mempercepat bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

"Geothermal adalah opsi terbaik untuk Indonesia," ujar Nicke dalam gelaran Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Kamis (5/9).

Menurutnya, energi yang berasal dari geothermal dapat menjadi penyangga atau baseload energi yang bersumber dari EBT. Pasalnya, beberapa sumber listrik yang berasal dari EBT memiliki kekurangan karena bersifat tidak tersedia sepanjang waktu atau intermiten.

Nicke mengatakan, Indonesia juga memiliki potensi energi yang berasal dari geothermal cukup besar. Namun, pemanfaatan energi geothermal belum mencapai 10 persen dari total potensi yang ada di Indonesia sebesar 28 gigawatt (GW).

"Potensi geothermal perlu ditingkatkan. Jadi, kami masih memiliki banyak ruang untuk meningkatkan kapasitas geothermal kami," ujarnya.

40 Persen Cadangan Panas Bumi Ada di RI

Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) mengatakan Indonesia menyimpan 40% cadangan panas bumi atau geothermal dunia karena berada di jalur gunung berapi (ring of fire). Daerah di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi yang besar diantaranya Pulau Jawa dan Sumatra.

Ketua Umum API, Julfi Hadi, mengatakan lokasi potensi energi panas bumi di Indonesia tersebar di sepanjang jalur sabuk gunung api mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Sulawesi. Ia mengatakan jumlah potensi panas bumi yang tersebar di Indonesia mencapai 24.000 megawatt atau 2,4 gigawatt.

“Potensi terbesar di Indonesia itu di Jawa dan Sumatra disitu pulalah ada based load renewable energy geothermal,” kata Julfi dikutip dari YouTube IDX Channel, Senin (18/3).

Dengan potensi tersebut, Julfi mengatakan, panas bumi bisa menjadi strategi Indonesia dalam melakukan transisi energi. Pasalnya, karakteristik panas bumi salah satunya tidak bergantung dengan cuaca atau non intermittent.

Selain itu, panas bumi memiliki karakteristik untuk menjadi energi terbarukan atau bersih (renewable energy). Hal ini karena panas bumi terdiri dari 98% hanya air dan uap, sedangkan 2% adalah CO2.

Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030, Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 23.965 Megawatt (MW). Potensi terbesarnya ada di Pulau Sumatra, yakni sebesar 9.679 MW.

Pulau Jawa memiliki potensi terbesar kedua, yakni 8.107 MW. PLTP yang terpasang baru berkapasitas 1.254 MW atau 15,5% dari potensinya.

Kemudian ada Sulawesi dengan potensi panas bumi 3.068 MW. PLTP yang terpasang baru 120 MW atau 3,9% dari potensinya. Diikuti Nusa Tenggara dengan potensi sebesar 1.363 MW dan kapasitas terpasang 12,5 MW.




Reporter: Djati Waluyo