Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat bauran energi baru terbarukan (EBT) di era pemerintahan presiden Joko Widodo (Jokowi) meningkat sebesar delapan persen jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014.
Manager Program Energy Transformation IESR, Deon Arinaldo, mengatakan capaian bauran EBT di Indonesia meningkat cukup signifikan dari lima persen pada 2014 menjadi 13 persen pada 2024 .
"Walaupun memang yang jadi catatan adalah ini masih jauh dari target yang dicanangkan di rencana Bapak Jokowi, tapi kenaikan ini memang cukup signifikan," ujar Deon dalam Media Briefing bertajuk Memimpin Perubahan: Transisi Energi dan Emisi Nol Bersih dalam Pemerintahan Prabowo-Gibran, di Jakarta, Kamis (24/10).
Dia mengatakan bauran EBT saat ini mencapai 13 persen, masih jauh dari target yang sebelumnya ditetapkan 23 persen pada 2025. Saat ini, pemerintah telah menurunkan target bauran EBT tersebut menjadi 17 persen pada 2025.
Meski mengalami kenaikan signifikan, Deon mengatakan, bauran EBT di Indonesia sebagian besar masih di dorong oleh penggunaan bioenergi. Menurutnya, penggunaan biofuel terutama biodiesel di sektor transportasi dan industri menjadi sinyal yang cukup positif untuk pengembangan sumber EBT lainya.
"Selain dengan bioenergi, kita masih bisa genjot pengembangan energi terbarukan yang mungkin bisa jadi strategi untuk menaikkan bauran yang lebih cepat," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai dengan Juni 2024, Bioenergi menempati peringkat kedua dalam bauran energi di Indonesia dengan capaian 3,4 gigawatt (GW) dari total potensi sebesar 57 GW.
Capaian tersebut masih dibawah pemanfaatan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang telah mencapai 6,6 GW dari total potensi sebesar 95 GW. Pemanfaatan air untuk sumber listrik di Indonesia tersebar di beberapa wilayah seperti Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Papua.
Sumber EBT yang paling banyak dimanfaatkan di Indonesia lainya adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan kapasitas terpasang sebesar 2,5 GW dari total potensi sebesar 23 GW.
Sementara itu, dengan potensi sumber daya EBT terbesar di Indonesia yaitu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 3,2 Terawatt (TW) baru dimanfaatkan sebesar 675 megawatt (MW). Kemudian pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau energi angin baru dimanfaatkan sebesar 152 MW dari potensi sebesar 155 GW.