Indonesia Kaji Nipah hingga Sorgum Manis untuk Bahan Baku Bioetanol
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang pemanfaatan bahan baku bioetanol selain tanaman tebu apabila target untuk mencapai produksi 1,2 juta kilo liter bioetanol tebu tidak tercapai. Beberapa komoditas yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bioetanol antara lain jagung, nipah, sorgum manis hingga limbah batang pohon kelapa sawit.
Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi Kementerian ESDM Efendi Manurung mengatakan mandatori bioetanol hingga saat ini belum dapat diimplementasikan dengan baik. Kondisi ini berbanding terbalik dengan mandatori biodiesel yang relatif berjalan lebih baik, bahkan melebihi target.
"Ke depan kalau target kita tidak terimplementasi, kita sesuaikan strateginya," ujar Efendi dalam diskusi publik yang berlangsung secara daring, Jumat (1/11).
Indonesia memiliki target produksi bioetanol yang bersumber dari tebu minimal 1,2 juta kilo liter paling lambat pada 2030. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Efendi mengatakan Kementerian ESDM tidak menargetkan secara khusus produksi bioetanol yang berbasis pada tanaman spesifik. Kementerian ESDM justru mendorong pemanfaatan bahan baku alternatif yang paling ekonomis dan ramah lingkungan untuk produksi bioetanol.
"Strateginya kita lakukan dengan mengembangkan seluruh potensi yang mungkin digunakan untuk bioetanol ini dan mengkolaborasikan berbagai kepentingan," ujarnya.
Kementerian ESDM juga memperhatikan aspek lingkungan mengingat Indonesia memiliki target pengurangan emisi seperti tercantum dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Menurut dokumen Enhanced NDC, Indonesia menargetkan pengurangan emisi hingga 2030 sebesar 31,89% dengan upaya sendiri dan 43,2% dengan dukungan internasional. Saat ini pemerintah Indonesia sedang meninjau ulang target iklim nasional dalam Second NDC.
Efendi mengingatkan, limbah biomassa yang tidak diurai atau tidak dimanfaatkan justru akan menghasilkan gas metana yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Karena itu, pemanfaatan limbah biomassa menjadi bioetanol merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat target pengurangan emisi.
Pemerintahan Presiden RI ke-8 Prabowo Subianto berkomitmen mencapai swasembada energi. Menurut Prabowo, hasil perkebunan seperti kelapa sawit, singkong, tebu, dan jagung berpotensi besar untuk diolah menjadi bahan bakar nabati penganti minyak bumi.
Pengembangan bioetanol juga masuk dalam program kerja Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam Asca Cita 2 poin ekonomi hijau. Dokumen tersebut menyebutkan tentang rencana untuk mengembangkan bioetanol dari singkong dan tebu sekaligus menuju kemandirian komoditas gula.