Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membuat pelaku transisi energi kahawatir. Pasalnya, Trump telah berjanji membatalkan dukungan AS terhadap proyek tenaga angin lepas pantau dan mencabut peraturan iklim yang diterapkan di bawah Presiden Joe Biden.
Trump bahkan mengatakan akan melaksanakan janji tersebut pada hari melalui perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat. Selain itu, Trump mengatakan akan meninggalkan Perjanjian Paris, di mana negara-negara berjanji untuk membatasi pemanasan global.
Dia juga berpotensi membatalkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) andalan Biden, yang memberikan subsidi dan insentif besar-besaran untuk teknologi energi bersih.
"Pencabutan penuh IRA akan bergantung pada Kongres, meskipun perubahan signifikan mungkin saja terjadi," tulis analis Deutsche Bank dikutip dari Reuters, Kamis (7/11).
Saham-saham Energi Bersih Anjlok
Rencana kebijakan Trump tersebut membuat saham-saham energi bersih anjlok setelah Trump dipastikan menang Pemilu AS. Saham pengembang angin lepas pantai terbesar di dunia Orsted turun sebanyak 14%. Sementara saham pembuat turbin angin Vestas dan Nordex masing-masing diperdagangkan turun sekitar 11% dan 7,6%.
"Pesan utamanya adalah ketidakpastian kembali," kata analis Alphavalue Pierre-Alexandre Ramondenc.
Pasar energi terbarukan AS merupakan sektor pertumbuhan utama bagi beberapa perusahaan utilitas Eropa, termasuk EDP Renovaveis dari Portugal, Orsted, dan produsen listrik utama Jerman, RWE.
Tunda Proyek Energi Terbarukan
Meskipun proyek-proyek yang konstruksinya telah dimulai kemungkinan akan terus berlanjut, kebijakan Trump dapat menunda proyek-proyek lain seperti proyek angin lepas pantai yang tidak akan beroperasi hingga tahun 2029 atau setelahnya.
Meskipun ada ketidakpastian, Vestas dan Orsted memperkirakan permintaan energi hijau di AS akan terus tumbuh terlepas dari siapa yang memenangkan kursi kepresidenan. Angelo Meda, kepala ekuitas di Banor SIM di Milan, mengatakan bahwa ia memandang penurunan harga saham Orsted sebagai "reaksi berlebihan", seraya menambahkan bahwa ia memanfaatkannya untuk mengumpulkan posisinya di saham tersebut.
"Berpikir bahwa tren menuju transisi energi hijau telah sepenuhnya berakhir tampaknya tidak rasional," katanya.
Nordex juga tetap optimis tentang pasar pembangkit tenaga angin AS, tetapi mengakui potensi keterlambatan dalam keputusan pelanggan karena ketidakpastian.