Rencana Kelistrikan Nasional Siap Topang Hilirisasi dan Pertumbuhan Ekonomi

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.
Kepulan asap keluar dari cerobong pabrik smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Dusun Otak Keris, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB, Kamis (31/10/2024). Fasilitas smelter dan pemurnian logam mulia Amman berdiri di kawasan seluas 272 hektare dengan kapasitas pengolahan mencapai 900 ribu ton per tahun yang memproses konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan tambang Elang serta fluks silika sebanyak 139 ton per tahun.
11/12/2024, 14.06 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), memastikan draf Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060 sudah selaras dengan target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintah. 

Koordinator Perencanaan Pembangkitan Tenaga Listrik, Kementerian ESDM, Pramudya, mengatakan pemerintah sudah menyiapkan strategi dari sisi ketersediaan listrik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

"Dalam perencanaan yang ada saat ini di dalam draft RUKN sudah menopang bagaimana supaya ekonomi bisa tumbuh 8%, supaya listrik itu andal, listrik berada di depan, sudah siap dari sisi perencanaannya," ujar Pramudya dalam acara Katadata "Indonesia Policy Dialogue" yang diselenggarakan Katadata.co.id, di Jakarta, Rabu (11/12).

Pramudya mengatakan, pertumbuhan ekonomi 8% akan didominasi oleh sektor industri terutama hilirisasi. Untuk itu, pemenuhan listrik menjadi sebuah keharusan guna mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai dengan ambisi pemerintah. 

"Kita fokus untuk bagaimana memenuhi kebutuhan tenaga listrik untuk hilirisasi, untuk smelter yang tentunya itu juga menopang proses transisi energi," ujarnya.

Ia mengatakan, kegiatan hilirisasi mineral dibutuhkan Indonesia untuk mendorong tercapainya transisi energi. Pasalnya, beberapa program hilirisasi mineral seperti nikel dan kobalt sangat dibutuhkan untuk melakukan pengembangan industri baterai di Indonesia.

Lanjutnya, pengembangan baterai sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi sumber energi EBT yang memiliki karakteristik intermiten atau tidak tersedia selama 24 jam.

"Karena hilirisasi nikel itu kan nanti untuk produknya adalah baterai gitu ya, kobalt untuk baterai nanti akan menopang bagaimana pengembangan VRE, Variable Renewable Energy seperti PLTS, PLT Bayu yang dia intermittent, harus didampingi dengan baterai," ucapnya.

Reporter: Djati Waluyo