Target Bauran EBT RI Mundur, Penasihat Presiden Nilai Masih Wajar

Katadata/Nuzulia Nur Rahmah
Penasihat Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, menilai kemunduran pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia sebagai sesuatu yang wajar mengingat kondisi negara berkembang yang masih menghadapi beragam hambatan struktural.
21/11/2025, 12.05 WIB

Penasihat Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, menilai kemunduran pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia sebagai sesuatu yang wajar mengingat kondisi negara berkembang yang masih menghadapi beragam hambatan struktural.

Purnomo mengatakan, Indonesia pernah memasang ambisi besar dalam Undang-Undang Energi 2007 dan Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2014, yaitu mencapai bauran EBT sebesar 23% pada 2025. Namun, realisasinya jauh di bawah ekspektasi. 

“Ternyata sekarang hanya 13-14%. Kita mundur. It's okay. Memang kita negara berkembang. Jadi, tidak mudah,” ujarnya dalam acara Indonesia Energy Transition Outlook (IETO), Kamis (20/11).

Menurutnya, keterlambatan pencapaian ini disebabkan oleh sejumlah faktor fundamental, mulai dari teknologi yang belum siap, keekonomian yang belum kompetitif, aturan dan insentif yang belum memadai, hingga infrastruktur energi yang belum mendukung percepatan transisi energi menuju energi bersih. 

Ia menegaskan target KEN 2025 dalam Perpres Nomor 40 kini memang mengalami penyesuaian karena berbagai tantangan tersebut.

Purnomo juga menyoroti masalah kapasitas sumber daya manusia sebagai salah satu hambatan terbesar dalam pembangunan energi daerah. Ia mencontohkan, hingga kini tidak semua daerah memiliki Rencana Umum Energi Daerah (RUED), padahal dokumen tersebut menjadi landasan penting pengembangan energi di tingkat regional. 

“Sekarang itu tidak sepenuhnya daerah di Indonesia punya RUEN. Masih perlu waktu. Kenapa? Karena SDM-nya (terbatas),” katanya.

Ia menggambarkan minimnya SDM energi di daerah dengan kondisi hanya satu orang per daerah yang dikirim untuk mengikuti studi spesialisasi energi. Untuk itu, Purnomo menekankan daerah membutuhkan lebih banyak tenaga ahli untuk memahami, merancang, dan mengembangkan strategi transisi energi secara efektif.

Purnomo mengatakan pembangunan energi daerah merupakan kunci penting bagi percepatan EBT nasional. Tetapi, proses ini memerlukan waktu mengingat keterbatasan kompetensi teknis dan kapasitas institusional di tingkat lokal.  

Energi Fosil Masih Mendominasi

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia gagal mencapai target bauran energi terbarukan selama sembilan tahun berturut-turut.

Target 23% bauran energi terbarukan pada 2025 yang ditetapkan pada 2014, hingga kini baru tercapai sekitar 16% hingga 17%, itupun sebagian besar berasal dari bahan bakar nabati.

“Kalau kita melihat sistem kelistrikan saja, energi terbarukan bahkan tidak mencapai 17%. Lebih rendah dari itu. Inilah kontradiksi yang terjadi,” ujarnya.

Fabby mengatakan, penggunaan energi fosil masih mendominasi. “Batu bara masih menyumbang 65% dari listrik kita, kira-kira 40% dari bauran energi primer,” kata Fabby.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Nuzulia Nur Rahmah