Bappenas: Ekonomi Hijau Jadi Solusi Keluar dari Jeratan Kelas Menengah

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/pras.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
Editor: Yuliawati
20/4/2021, 15.21 WIB

Dalam laporannya pekan lalu, IMF menuliskan, pengenaan pajak karbon dapat membuat bahan bakar fosil menjadi lebih mahal. Kondisi ini akan membuat konsumen beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan. Sebaliknya, untuk membuat energi hijau lebih murah dan berlimpah, maka perlu kebijakan subsidi.

Hasil analisis IMF menunjukkan strategi kebijakan yang komprehensif memitigasi perubahan iklim dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi global dalam 15 tahun pertama masa pemulihan akibat Covid-19. Angkanya sekitar 0,7% dari rata-rata produk domestik bruto (PDB) global. Lapangan kerja yang tercipta dapat mencapai 12 juta orang.

Bencana cuaca, seperti gelombang panas, pemanasan global, kebakaran hutan, badai, kemarau, dan peningkatan jumlah topan terjadi lebih banyak setiap tahun. Badan Meteorologi Dunia atau WMO mengatakan ada 11 ribu bencana terkait cuaca, iklim selama 50 tahun terakhr. Hal ini menyebabkan dua juta kematian dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar US$ 3,6 triliun.

Di Indonesia, kejadian bencana cenderung meningkat pada periode 2005 hngga 2015. Kejadiannya terdiri atas bencana geologi dan hidrometeorologi. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), hidrometeorologi mendominasi dengan 78% kejadian, termasuk banjir, gelombang ekstrem, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca ekstrem.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan