Butuh Dana Besar, Komitmen Transisi EBT RI Tergantung Negara Maju?

ANTARA FOTO/Jojon/wsj.
Foto udara area Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di wilayah Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Jumat (10/9/2021).
16/11/2021, 17.21 WIB

Sehingga komitmen Indonesia sudah sangat jelas akan melakukan hal-hal yang dapat merealisasikan target tersebut. Termasuk mulai tidak membangun PLTU baru, serta mengurangi dan mempensiunkan PLTU secara bertahap sampai selesai.

"Untuk menggantikannya, akan dibangun pembangkit dari energi terbarukan. Di sinilah mulai muncul tantangan, karena untuk menggantikannya dengan pembangkit ET akan memerlukan dana investasi yang tidak sedikit," ujarnya.

Demikian juga jika pengurangan penggunaan batu bara dipercepat, maka juga akan membutuhkan dana yang cukup signifikan besar. Karena itu, pemerintah menyampaikan komitmen dan harapan.

Harapannya, akan ada pihak internasional yang akan memberikan bantuan pendanaan agar ambisi mencapai target NZE itu bisa terpenuhi. Menurut Surya bantuan teknologi akan membantu menyelesaikan kendala dan tantangan, terutama dalam mengatasi sebagian masalah intermitensi dari pembangkit seperti tenaga matahari dan angin.

Untuk diketahui, Luhut sebelumnya menegaskan Indonesia butuh bantuan pendanaan dari negara negara maju. Tanpa negara maju, maka Indonesia tidak bisa melakukan banyak hal.

"Mau 2040 pun itu nanti tidak ada batu bara lagi silahkan. Tapi kau kasih uangnya untuk kami early retirement supaya kami bisa bangun tadi geothermal, hydro power, solar panel, dan seterusnya," kata dia dikutip dari CNNIndonesia.

Dia pun menolak jika Indonesia harus menanggung upaya perbaikan alam sendirian. Mengingat kerusakan alam bukan hanya tanggung jawab Indonesia, namun juga tanggung jawab dari negara-negara maju.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan