KADIN Sorot Peran Swasta untuk Capai Target Nol Emisi Karbon pada 2060
Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin mengatakan keberhasilan Indonesia mencapai target Net Zero Emissions (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060 sangat bergantung pada kebijakan internal pelaku usaha.
Head of Kadin Net Zero Hub, Muhammad Yusrizki, menyebut perusahaan memiliki peran penting dalam upaya menuju NZE. Menurutnya, upaya menuju NZE tak bisa seluruhnya dibebankan kepada pemerintah.
"Perusahaan punya gak kebijakan untuk mengambil langkah untuk ke sana? Kebijakan internal perusahaan swasta lah yang sekarang menjadi penting untuk menuju ke NZE," kata Yusrizki di Forum HSBC Summit 2022 Powering the Transition to Net Zero pada Rabu (14/9).
Dia menilai, sejumlah persoalan klasik seperti kendala teknologi dan minimnya akses finansial secara perlahan mulai teratasi. beberapa lembaga keuangan atau kreditur makin membuka diri untuk membiayai perusahaan yang menerapkan praktik transisi energi.
"Kalau soal teknologi, kayaknya semua teknologi sudah ada. Dan kalau masalahnya keuangan dan investasi, ada lembaga keuangan seperti HSBC yang sudah komitmen untuk membiayai proses transisi. Jadi gak ada lagi problem dua itu," sambungnya.
Alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Bandung ini menyampaikan, saat ini sudah ada lebih dari 50 perusahaan yang bergabung ke KADIN Net Zero Hub.
Adapun KADIN Net-Zero Hub merupakan sebuah platform yang membantu dunia bisnis untuk bergerak bersama menuju netral emisi, dengan cara membangun kemitraan strategis dan ekosistem Net Zero di Indonesia.
"Kami membantu mereka mulai dari hitung inventori gas rumah kaca mereka sampai bikin peta jalan penuruan emisi. Gotong-royong dalam hal penenuhan sumber daya dan pengetahuan," ujar Yusrizki.
Lebih lanjut, tren perusahaan yang mulai mengubah kebijakan internal untuk mendukung NZE 2060 didorong dari ketakutan perusahaan yang khawatir kehilangan konsumen, investor dan kreditur atau dukungan dari lembaga keuangan yang mulai menolak untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang masih mengutamakan energi fosil.
"Ada ketakutan mereka tidak lagi menjadi bagian dari rantai pasokan global. Karena international trade lah yang langsung menjadi senjata. Ancamannya nyata kok, bukan main-main lagi," ujar Yusrizki.
Guna mencegah bencana tersebut, Kadin berharap pihak swasta segera mengadopsi kebijakan yang mendukung NZE sesuai kesepakan global di Paris Agreement.
Adapun salah satu perusahan internasional yang sudah menerapkan kebijakan transisi energi adalah Unilever. Head of Sustainability & Corporate Affair Unilever, Nurdiana Darus, mengatakan perusahaan memiliki pedoman internal yang diberi nama Unilever Climate Transition Action Plan (CTAP).
Nurdiana menjelaskan, Unilever memiliki tiga cakupan atau fase menjadi perusahaan yang nol emisi. Fase pertama, Unilever sedang membenahi operasi logistik dengan mengubah penggunaan bahan bakar alam menjadi bahan bakar biomassa. Perusahaan juga memasang panel surya di kantor pusat Indonesia.
Langkah kedua, Unilever juga membeli International Renewable Energy Certificate atau IREC untuk menutupi sejumlah kekurangan dalam upaya NZE. "Pada tahun 2030 kami akan 100% NZE dari operasi internal kami," jelasnya.
Lebih lanjut, perusahaan juga akan mengajak mitra dan distributor produk Unilever untuk sama-sama beralih pada kebijakan yang rendah karbon. Sebagai perusahaan besar, Unilever berupaya mengubah kebiasaan tersebut yang dimulai dari para mitra perusahaan.
"Para pemasok dari upstream maupun mitra kami dari ditributor kami. Kami percaya bila kami menggerakan value chain kami itu akan membantu mereka untuk proses transformasi. Kalau hanya Unilever yang memperbaiki diri sendiri, itu tidak cukup," kata Nurdiana.