Lawan Polusi Udara, India Ancam Naikkan Pajak untuk Mobil Diesel

ANTARA FOTO/REUTERS/Altaf Hussain
Dua wanita berjalan di depan Istana Kepresidenan India di pagi hari berkabut di New Delhi, India, Minggu (27/10/2019).
Penulis: Happy Fajrian
12/9/2023, 17.48 WIB

Pemerintah India mengusulkan tambahan pajak sebesar 10% untuk mobil bermesin diesel sebagai langkah untuk menekan emisi karbon dan polusi udara. Negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa ini merupakan salah satu negara dengan polusi udara terburuk di dunia.

Menteri transportasi dan jalan raya India, Nitin Gadkari, memperingatkan produsen otomotif bahwa pemerintah bakal mengenakan tarif pajak yang lebih tinggi lagi untuk memaksa mereka meninggalkan teknologi mesin diesel.

“Ucapkan selamat tinggal untuk (mesin) diesel, jika tidak kami akan menaikkan pajak lebih tinggi lagi sehingga akan sulit bagi kalian (produsen otomotif) untuk menjual kendaraan jenis ini,” kata Gadkari kepada Society of Indian Automobile Manufacturers (SIAM) di New Delhi, Selasa (12/9), seperti dikutip Reuters.

Gadkari menyampaikan ancaman tersebut kepada para petinggi berbagai produsen otomotif seperti Tata Motors, Mahindra and Mahindra, dan Maruti Suzuki, termasuk produsen otomotif asing lainnya seperti Mercedes dan Volkswagen.

“Kita harus segera meninggalkan bensin dan diesel (solar), dan menuju jalan yang bebas polusi. Harus ada diversifikasi (yang dilakukan oleh produsen otomotif) segera,” ujarnya lagi.

Komentar Gadkari memicu diskusi luas di kalangan eksekutif otomotif. Beberapa orang menggambarkan langkah tersebut sebagai pengumuman yang mengejutkan.

Direktur Pelaksana Mercedes India, Santosh Iyer, mengatakan banyak pelanggan masih lebih memilih kendaraan diesel dan setiap perubahan dalam kebijakan pajak akan menyebabkan perubahan dalam strategi portofolio produsen mobil.

“Kami memerlukan waktu enam bulan untuk mengubah proses perencanaan produksi, namun kami selalu dapat melakukan variasi dan perubahan berdasarkan permintaan,” katanya.

Polusi adalah masalah yang semakin meningkat di seluruh India. Upaya untuk mengurangi emisi kendaraan, mengurangi impor bahan bakar, dan membatasi pembakaran tunggul belum membuahkan hasil yang baik di negara yang usulan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu baranya adalah yang tertinggi setelah Cina.

Meski demikian, Kementerian Transportasi dan Jalan Raya India menyatakan melalui platform media sosial X terkait usulan untuk menaikkan pajak bahwa langkah tersebut saat ini tidak sedang dipertimbangkan secara aktif oleh pemerintah.

Sebelumnya pada 2017 Gadkari sempat mengeluarkan pernyataan senada pada konferensi SIAM bahwa mereka harus beralih ke kendaraan listrik (EV). “Saya akan melakukan ini, suka atau tidak. Dan saya tidak akan meminta Anda. Saya akan melibasnya.”

India dalam beberapa tahun terakhir telah mempromosikan penjualan kendaraan listrik dengan insentif pajak, meskipun kurang dari 2% dari hampir 4 juta penjualan mobil di India pada tahun fiskal lalu adalah kendaraan listrik. Pemerintah mengatakan mereka ingin kendaraan listrik menyumbang 30% dari total penjualan mobil pada 2030.

“Jumlah kendaraan diesel di pasar mobil terbesar ketiga di dunia telah turun menjadi 18% dari 50% pada satu dekade lalu,” kata Gadkari. Dia memperingatkan bahwa seperti halnya India yang menerapkan norma emisi bahan bakar yang lebih ketat melawan penolakan dari industri, itu akan mendorong tarif pajak untuk melibas kendaraan diesel.

Veejay Ram Nakra, CEO divisi otomotif Mahindra dan Mahindra, mengatakan bahwa setiap perubahan dalam struktur pajak pasti akan berdampak pada volume penjualan.

Sementara Kepala Eksekutif Ashok Leyland Shenu Agarwal mengatakan bahwa alih-alih mengenakan pajak, lebih banyak insentif harus diberikan pada listrik, hidrogen, dan bahan bakar alternatif lainnya.

Sekitar 962.000 kendaraan komersial terjual di India dari April 2022 hingga Maret 2023, naik 34% dari tahun sebelumnya, sementara penjualan kendaraan penumpang naik 27% menjadi 3,9 juta pada periode tersebut.

“Jika diterapkan, hal ini akan menjadi dampak negatif yang sangat besar bagi produsen kendaraan komersial, dan berpotensi menyebabkan penurunan pertumbuhan pada segmen tersebut,” kata Amit Hiranandani, analis di broker SMIFS.

Sebagai informasi, IQAir melaporkan bahwa pada 2019, 21 dari 30 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah kota-kota di India. Ini menjadikan India sebagai negara dengan kualitas udara terburuk ke-3 di dunia pada tahun tersebut.