Para anggota parlemen Uni Eropa menyetujui standar-standar baru bagi perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi hijau pada Kamis (5/10) waktu setempat. Standar tersebut digunakan untuk membantu para investor memilih perusahaan-perusahaan yang berkelanjutan guna menghindari greenwashing atau klaim-klaim ramah lingkungan yang menyesatkan.
Mengutip Encyclopedia of Corporate Social Responsibility, greenwashing merupakan praktik promosi palsu tentang organisasi yang menjaga lingkungan. Greenwashing juga bisa dalam bentuk alokasi dana besar untuk mencitrakan sebagai organisasi “hijau” ketimbang untuk aksi ramah lingkungan yang sebenarnya.
Melansir dari Reuters , Uni Eropa disebut sebagai negara pertama di dunia yang menerapkan kebijakan obligasi hijau. Adapun obligasi hijau yakni sebuah instrumen investasi atau efek yang bersifat utang, yang mana dana hasil penerbitannya digunakan untuk membiayai kegiatan usaha berwawasan lingkungan secara sebagian maupun menyeluruh.
Menurut parlemen Eropa, negaranya adalah penerbit obligasi hijau terbesar di dunia. Uni Eropa menyumbang lebih dari setengah volume obligasi hijau global pada tahun 2021, meskipun penerbitannya masih hanya 3% hingga 3,5% dari keseluruhan pasar obligasi.
"Hal ini juga akan memberikan kepastian kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi, bahwa obligasi mereka akan sesuai dengan investor yang ingin menambahkan obligasi hijau ke dalam portofolio mereka," ujar komite urusan ekonomi parlemen dalam sebuah pernyataan, mengutip dari Reuters, Jumat (6/10).
Perusahaan yang ingin melabeli obligasi mereka sebagai obligasi "hijau" di Uni Eropa harus mengungkapkan informasi tentang bagaimana hasil obligasi akan digunakan. Setidaknya 85% dana yang terkumpul harus dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan "taksonomi" kegiatan berkelanjutan Uni Eropa.
Selain itu, perusahaan juga harus menunjukkan bagaimana investasi ini mendukung rencana mereka untuk bertransisi ke ekonomi nol emisi karbon. Standar-standar tersebut menetapkan sistem registrasi dan kerangka kerja pengawasan bagi para peninjau eksternal obligasi hijau Eropa.
Menurut data Climate Bonds Initiative (CBI), pada semester I-2022 nilai penerbitan obligasi hijau (green bond) secara global mencapai US$211,1 miliar. Nilai terbesarnya berasal dari sektor energi, yakni US$72,6 miliar atau 34,39% dari total penerbitan obligasi hijau global.
Penerbitan terbesar berikutnya berasal dari sektor bangunan, yakni senilai US$45,4 miliar, diikuti sektor transportasi US$41,1 miliar. Kemudian nilai penerbitan obligasi hijau di sektor air, penggunaan lahan, dan limbah masing-masing US$16,8 miliar, US$11,6 miliar, dan US$10,8 miliar. Sedangkan nilai terkecil dari sektor industri, yakni US$1,6 miliar.
Berdasarkan wilayahnya, Eropa mendominasi penerbitan obligasi hijau global dengan nilai US$95,3 miliar (45,14%). Diikuti wilayah Asia Pasifik US$68,4 miliar (32,4%) dan Amerika Utara US$26,9 miliar (12,74%).