Investasi dan hibah pada perusahaan rintisan atau startup teknologi iklim telah turun 40% selama 12 bulan terakhir. Investor saat ini mempersempit fokus mereka ke bidang-bidang paling membutuhkan seperti industri berat.
Para analis dalam laporan PwC menyatakan teknologi iklim memiliki pangsa pasar yang semakin lesu dan tertatih-tatih oleh kondisi ekonomi dan politik global.
“Kebutuhan akan teknologi iklim terus meningkat, namun investasi ekuitas pada perusahaan rintisan (start-up) telah menurun untuk tahun kedua di tengah kondisi sulit di pasar swasta,” kata laporan PwC dikutip dari Reuters, Selasa (17/10).
Namun, penurunan tersebut tidak separah industri modal ventura secara global. Total investasi ventura dan ekuitas swasta bahkan turun 50,2% menjadi US$ 638 miliar dalam 12 bulan hingga September, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kata PwC.
Sementara investasi di bidang teknologi iklim berjumlah sekitar 10% dari total investasi tersebut. Laporan salah satu Firma Akuntansi terbesar di dunia tersebut mengatakan, dunia masih tertinggal jauh dari tingkat dekarbonisasi yang diperlukan untuk menahan kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius.
Sektor-sektor yang paling membutuhkan teknologi mengalami penurunan minat investor yang relatif kecil., termasuk pertanian dan lingkungan binaan yang mencakup bangunan komersial dan perumahan,
"Area dengan potensi pengurangan emisi yang tinggi yang memerlukan lebih banyak modal mencakup penangkapan karbon, hidrogen “hijau” yang terbuat dari air, biasanya menggunakan listrik terbarukan, dan makanan alternatif," tulis laporan tersebut.
Sementara itu, World Economic Forum melaporkan jika teknologi iklim merupakan salah satu yang paling banyak diadopsi perusahaan dunia.