Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia atau YKCI mendorong pemerintah mengembangkan citizen science untuk melakukan pendataan penelitian berbasis ilmiah untuk konservasi perairan di Indonesia. Pasalnya, isu konservasi terkait pencatatan spesies-spesies yang berada di kawasan Indonesia tidak kunjung selesai.
Citizen science merupakan peran serta publik atau masyarakat dalam melakukan pendataan sebuah penelitian yang berbasis ilmiah. Masyarakat umum dapat berkolaborasi dengan ilmuwan-ilmuwan profesional dalam menganalisis, mengumpulkan, dll yang nantinya akan berguna untuk menambah pemahaman dalam pengelolaan sumber daya yang ada.
“Jadi, bagaimana para turis, para pelaku wisata itu mendapatkan informasi lalu melaporkan ke kita. Kita kumpulkan itu,” kata Senior Ocean Program Lead YKCI Victor Nikijuluw di Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Senin (19/2).
Victor mengatakan konservasi spesies di Indonesia masih di bawah target International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebesar 30%. Menurutnya, YKCI berhasil mencatat 30 jenis spesies baru di perairan Indonesia. “Tapi, betul jumlahnya masih sedikit dibandingkan dengan target utama yang ada di IUCN,” kata Victor.
Victor mengatakan dengan kemudahan teknologi telekomunikasi, citizen science dapat dengan mudah dikembangkan dalam mencapai target konservasi perairan di Indonesia. Untuk itu, YKCI mendorong pemerintah terutama BRIN agar konservasi spesies dengan menggandeng citizen science dapat dikembangkan.
Dalam mencapai target konservasi perairan tersebut, YKCI bersama BRIN menandatangani nota kesepahaman kolaborasi selama lima tahunan. Kesepakatan ini untuk menghasilkan teknologi terapan, informasi, dan praktik-praktik pengelolaan sumber daya yang berguna di tingkat tapak.
"Kami berharap, hasil penelitian itu bisa dihilirisasi atau didorong agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat atau stakeholders yang memang punya kepentingan terkait penelitian tersebut," kata Pelaksana Tugas Direktur Kemitraan Riset dan Inovasi BRIN Muhammad Amin.
Kerja Sama Riset Potensi Sumber Daya Laut
Kerja sama dua lembaga itu berlangsung selama lima tahun dan dituangkan dalam bentuk riset potensi sumber daya laut dan terestrial serta kawasan konservasi perpaduan atau integrasi antara proteksi dan produksi.
Kemudian, status dan pengelolaan spesies di perairan maupun daratan; sistem pendanaan konservasi; kebijakan konservasi pengelolaan sumber daya alam hingga mitigasi, adaptasi, dan perubahan iklim, termasuk karbon biru.
Sementara itu, Ketua YKCI Meizani Irmadhiany mengatakan kerja sama dengan BRIN merupakan salah satu cara yang paling pas untuk memperkuat riset mengenai keanekaragaman hayati di Indonesia.
"Kerja sama ini menjadi awal upaya sistematis ke depannya agar pengembangan program kami bisa berhasil dan juga berdaya guna," Meizani.
YKCI dan BRIN sudah bekerja sama di tingkat tapak, salah satunya untuk asesmen maritim wilayah paus yang berada di kawasan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, pada 2022 lalu. Menurutnya, YKCI adalah lembaga konservasi yang berbasis riset, inovasi dan juga ilmu pengetahuan.
"Kami percaya ke depannya bahwa riset dan inovasi maupun ilmu pengetahuan menjadi fondasi utama menghasilkan teknologi terapan ataupun informasi dan praktik pengelolaan sumber daya yang baik, baik di tingkat lokal, maupun tapak yang bisa dibawa ke level nasional ataupun internasional," kata Meizani.