Perusahaan penangkapan dan penyimpanan karbon, CarbonCapture yang berbasis di Los Angeles, mengatakan telah mengumpulkan investasi US$ 80 juta atau Rp 1,2 triliun (kurs Rp 15,577.1). Investasi tersebut termasuk dari raksasa minyak Saudi Aramco.
Dana yang terkumpul dalam putaran pendanaan besar terbaru CarbonCapture merupakan salah satu suntikan modal swasta terbesar ke dalam perusahaan carbon capture and storage (CCS) dalam lima tahun terakhir.
“Inilah yang harus terjadi – keselarasan dengan mitra industri besar yang memiliki kapasitas, akses terhadap modal, keterampilan untuk benar-benar meningkatkan DAC ke tingkat yang berarti,” kata CEO CarbonCapture, Adrian Corless, dikutip dari Reuters, Rabu (13/3).
"Penggalangan dana Seri A dipimpin oleh Prime Movers Lab dan juga termasuk Amazon, Climate Pledge Fund, Siemens Financial Services, Idealab X, dan TIME Ventures milik Marc Benioff", kata perusahaan itu.
CarbonCapture membuat mesin modular yang berisi bahan yang menyerap karbon dioksida saat didinginkan dan melepaskannya saat dipanaskan. Hal ini memungkinkannya menangkap gas pemanasan iklim untuk disimpan di bawah tanah atau digunakan dalam produk seperti beton.
Project Bison yang berbasis di Wyoming berencana untuk menangkap 5 juta metrik ton CO2 setiap tahun pada 2030 – sebagian kecil dari keseluruhan emisi karbon AS yang berjumlah lebih dari 6 miliar ton per tahun. Perusahaan berharap dapat meningkatkan teknologinya dan meningkatkannya.
Memburuknya perubahan iklim dan kurangnya upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca telah menyebabkan beberapa pemerintah dan investor bertaruh pada penghapusan karbon sebagai harapan terakhir untuk mencegah dampak paling buruk dari pemanasan global.
Penghapusan karbon juga dipandang sebagai cara bagi sektor ekonomi yang paling sulit untuk dikurangi untuk mencapai netralitas karbon, termasuk penerbangan dan produksi semen.
Perusahaan penghilangan karbon lainnya seperti Climeworks dan Carbon Engineering, serta perusahaan rintisan Verdox dan Heirloom, juga telah mengumpulkan dana puluhan juta dolar selama beberapa tahun terakhir. Sementara Departemen Energi AS telah mengalokasikan lebih dari US$ 11 miliar untuk mendukung teknologi tersebut.
Saudi Aramco adalah salah satu dari beberapa perusahaan bahan bakar fosil yang mendukung upaya penghapusan karbon, termasuk Occidental Petroleum yang berbasis di AS. Industri minyak melihat teknologi ini sebagai penyelamat potensial karena dapat menghilangkan karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
Perusahaan-perusahaan minyak juga berpengalaman membuang karbon dioksida ke dalam tanah, yang secara historis merupakan cara untuk mengeluarkan lebih banyak minyak mentah.